TIMES PROBOLINGGO, JAKARTA – Sejarah hari ini mencatat, 24 Oktober menjadi hari lahirnya PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ketika pertama berdiri pada 1945, anggotanya hanya 51 negara. Namun kini, anggotanya terdiri dari 193 negara berdaulat. 24 Oktober 2003 juga tercatat sebagai akhir dari era pesawat supersonic Concorde. Pesawat Concorde ini dipensiunkan karena biaya operasionalnya terlalu tinnggi. Dari dalam negeri, 24 Oktober tercatat sebagai Hari Dokter Nasional.
1945: Perserikatan Bangsa-Bangsa Lahir
24 Oktober 1945 menjadi hari lahir PBB. (foto: unna.org)
Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa secara resmi dilantik dalam upacara singkat di Departemen Luar Negeri AS di Washington. Ketika pertama berdiri pada 1945, anggotanya hanya 51 negara. Namun kini, anggotanya terdiri dari 193 negara berdaulat. Selain itu, ada Palestina dan Vatikan, dua negara yang statusnya pengamat.
Sebanyak 29 negara kemudian meratifikasi Piagam PBB yang ditandatangani oleh 50 negara pada 26 Juni di San Francisco. Piagam itu "sekarang menjadi bagian dari hukum bangsa-bangsa".
Piagam PBB menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mengusulkan agar negara-negara harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan sosial, ekonomi, kemanusiaan dan budaya.
Nama "Perserikatan Bangsa-Bangsa" diciptakan oleh Presiden AS Franklin D Roosevelt, dan pertama kali digunakan dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1 Januari 1942 ketika perwakilan dari 26 negara berjanji untuk terus berjuang bersama melawan Blok Poros.
1950: Hari Dokter Nasional
24 Oktober diperingati sebagai Hari Dokter Nasional.
Hari Dokter Nasional identik dengan hari jadi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang diperingati setiap 24 Oktober.
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, IDI resmi terbentuk pada 1950, namun sejatinya organisasi dokter di Indonesia sudah ada sejak dulu. Perkumpulan dokter di Indonesia sudah ada mulai 1911. Perkumpulan dokter di nusantara diberi nama Vereniging van Indische Artsen. Selama kurang lebih lima belas tahun berkiprah sebagai tenaga medis, pada tahun 1926, organisasi ini mengalami perubahan nama menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VGI).
Tahun 1940, VIG mengadakan kongres di Solo. Kongres menugaskan Prof. Bahder Djohan untuk membina dan memikirkan istilah baru dalam dunia kedokteran. Tiga tahun berselang, pada masa pendudukan Jepang, VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai.
Selanjutnya pada 30 Juli 1950, atas usul Dr. Seni Sastromidjojo, PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) & DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) mengadakan satu pertemuan yang menghasilkan “Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI)”, yang diketuai Dr. Bahder Djohan. Puncaknya tanggal 22-25 September 1950, Muktamar I Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yangg kemudian diresmikan pada bulan Oktober. Dalam muktamar IDI itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.
Sejarah perjalanan dokter memang sangat panjang, begitupun juga ketika berbicara tentang sumbangsih dokter di Indonesia. Jauh sebelum organisasi IDI terbentuk, dokter-dokter di tanah air sudah mencatatkan dirinya sebagai salah satu pejuang kemanusiaan. Nama-nama besar seperti dr. Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangoenkoesomo, dan nama-nama dokter lainnya tercatat dalam sejarah tak hanya memerangi penyakit namun juga memerangi penjajahan di Indonesia oleh kolonialisme.
Jika berkaca pada zaman perjuangan kemerdekaan, momentum profesi dokter di Indonesia pertama kali lahir lewat keputusan Gubernemen No. 22 tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia (Nederlandsch Indie) pada tanggal 2 Januari 1849.
Pendidikan Dokter di Indonesia
Didirikannya sekolah pendidikan dokter di Indonesia tidak lain karena Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu kewalahan melawan wabah malaria. Sebanyak 12 orang siswa diluluskan dan diberi gelar ‘Dokter Djawa’ setelah menempuh pendidikan selama dua tahun. Meski diberi gelar dokter, lulusan-lulusan dokter hanya dipekerjakan sebagai ‘mantri cacar’.
Lewat perjalanan yang panjang, barulah pada tahun 1898, sekolah pendidikan dokter yang sebenarnya didirikan dengan nama STOVIA. Dari sinilah mulai terlahir dokter-dokter pejuang kemerdekaan.
Salah satunya ialah dr. Sutomo, ia bersama Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo dan R.T Ario Tirtokusumo mendirikan Boedi Oetomo.
Para pendiri Boedi Oetomo merasa bahwa untuk bisa lebih maju, maka bidang yang harus menjadi perhatian utama adalah pendidikan dan pengajaran. Organisasi ini punya motif sebagai sebuah organisasi modern yaitu punya pemimpin, ideologi dan anggota yang jelas. Motif itu diikuti oleh banyak organisasi lain yang membawa pengaruh kepada perubahan sosial politik.
Selanjutnya adalah dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat. Tiga tokoh intelek pendiri Indische Partij. Pendirian partai ini bertujuan untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka. Mengusung semboyan Hindia for Hindia, yang berarti Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa memandang apapun jenis bangsanya. (Hindia adalah sebutan Indonesia pada masa pergerakan nasional).
2003: Akhir era Concorde
Pesawat Concorde yang dioperasikan oleh Brithis Airways dan Air France pensiun pada 24 Oktober 2003.
24 Oktober 2003 menjadi penerbangan transatlantik terakhir dari pesawat supersonik legendaris, Concorde. Setelah mendarat di bandara Heathrow Inggris, pesawat ini akhirnya dipensiunkan sekaligus mengakhiri 27 tahun sejarah supersonik.
British Airways dan Air France telah memutuskan untuk mempensiunkan pesawat terkenal itu karena tidak lagi menguntungkan. Biaya operasional Concorde melonjak pada saat penjualan tiket menyusut setelah kecelakaan besar di dekat bandara Charles de Gaulle Paris tiga tahun lalu yang menewaskan 113 orang.
Setelah pensiun, warga dunia tetap bisa menikmati kemegahan Concorde karena tujuh pesawat milik British Airways terbang ke rumah baru di seluruh dunia.
Satu terbang ke Bandara Grantley Adams di Barbados; yang lain pergi ke museum di Seattle, sementara yang ketiga pergi ke pameran terapung di New York. Lainnya dapat dilihat di Bandara Heathrow, Bandara Manchester, dan Bandara Filton Bristol. Concorde dikirim ke Skotlandia pada April 2004 dan dipajang di Museum Penerbangan dekat Edinburgh. Sedangkkan Concorde Prancis juga pergi ke museum, di Prancis, AS, dan Jerman. (*)
Pewarta | : Ratu Bunga Ambar Pratiwi (MG-345) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |