https://probolinggo.times.co.id/
Berita

Jadi Percontohan, Santri Ponpes Al-Khoiriyah Probolinggo Bersiap Hadapi Dunia Kerja

Selasa, 24 Juni 2025 - 16:12
Jadi Percontohan, Santri Ponpes Al-Khoiriyah Probolinggo Bersiap Hadapi Dunia Kerja Suasana pelatihan berbasis kompetensi di Ponpes Al-Khairiyah Kabupaten Probolinggo (Foto: Fafa Harowy/TIMES Indonesia)

TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Pondok Pesantren atau Ponpes Al-Khairiyah, Desa Kebonagung, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jatim, kini menjadi salah satu contoh pesantren berbasis keterampilan kerja yang mulai serius membekali santri menghadapi dunia usaha.

Melalui pelatihan berbasis kompetensi kejuruan barista dan processing hasil pertanian (PHP), sebanyak 48 santri, terdiri atas 15 putra dan 33 putri, dibekali keterampilan praktik langsung di lingkungan pondok, Selasa (24/6/2025).

Kegiatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Probolinggo, dengan menghadirkan pelaku usaha sebagai pemateri. PP Al-Khairiyah menjadi lokasi pelatihan karena telah memiliki Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK), serta dua unit usaha yang berjalan aktif: Terminal Bambu untuk pelatihan barista dan Khair Bakery untuk pelatihan kejuruan bakery.

Pengasuh PP Al-Khairiyah, Habib Syauqi bin Alwi Alhabsyi mengatakan, pelatihan ini merupakan lanjutan dari program vokasional yang sudah berjalan sejak tahun 2024 di pesantrennya. Ia menegaskan pentingnya kemandirian santri sebelum kembali ke masyarakat.

“Yang kami tahu sekitar 70% pesantren di Probolinggo sudah punya BLKK, sedangkan di sini sudah masuk tahun kedua. Harapan kami tentunya bagaimana nanti bisa mandiri. Kami juga berharap kegiatan pelatihan seperti ini bisa digencarkan,” ujarnya kepada Times Indonesia.

Habib Syauqi menyebut, santri yang mengikuti pelatihan sebagian besar berasal dari lulusan SMA atau SMK yang masih menjalani masa pengabdian di pesantren. Di masa inilah pelatihan diberikan, agar mereka tak hanya berbekal ilmu agama, tetapi juga keterampilan wirausaha.

“Kalau dari santri, kita ambil yang sudah lulus dari tingkat menengah ke atas, ataupun dari menengah kejuruannya, SMK dan SMA yang kita libatkan. Karena di pesantren kami, lulus tidak harus langsung pulang, tapi masih masa pengabdian. Plus ada kegiatan seperti ini, langsung kita isi juga dengan pelatihan atau kegiatan untuk menunjang wirausaha,” jelasnya.

Ia juga mengatakan, walau pendekatan ini awalnya menimbulkan perbedaan pendapat. Namun, menurutnya perpaduan ilmu agama dan keterampilan justru akan memperkuat posisi santri saat kembali ke masyarakat.

“Walaupun pro dan kontra di awalnya, tapi saya merasa, tak hanya pandai ilmu agama tapi santri yang juga pandai berwirausaha, itu di luar lebih mulia,” katanya.

Ia juga menilai pelatihan keterampilan lebih bermanfaat ketimbang bantuan uang tunai. Menurutnya, pelatihan memberi efek jangka panjang dan bisa menumbuhkan produktivitas nyata.

“Kegiatan-kegiatan seperti ini lebih mengena menurut saya dibanding daripada cuman bantuan yang bahasanya berupa uang. Sebetulnya tetap berupa uang, tapi dialihkan kepada kegiatan-kegiatan yang mengasah, menambah keahlian dan keterampilan, itu jauh lebih bermanfaat,” ungkapnya.

Saat ini, PP Al-Khairiyah menaungi 75 santri, 15 putra dan 60 santri putri. Ia berharap pelatihan seperti ini menjadi bekal seumur hidup, tidak hanya bagi santri, tapi juga masyarakat luas.

“Kami berharap kepada pemerintah Kabupaten Probolinggo, kegiatan seperti ini bisa terrencana dan terprogram dengan baik. Karena ini adalah program yang sangat baik. Tidak hanya untuk 1-2 tahun ke depan, tapi bisa menjadi bekal selamanya, baik itu untuk pemuda atau masyarakat secara umum,” ujarnya.

Habib Syauqi juga berpesan kepada para pemuda, "skill atau keahlian itu tidak bisa dipaksa. Keahlian itu harus dari apa yang disukai. Karena kita masih belum tau apa yang menjadi passion kita sebenarnya, maka timba semua ilmu. Setelah itu mulailah dengan usaha sekecil apapun dari apa yang kita suka. Pasti akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa."

Di sisi lain, pelatihan ini juga menjadi bagian dari upaya perluasan layanan pelatihan kerja oleh Disnaker Kabupaten Probolinggo.

Kepala Disnaker Kabupaten Probolinggo, dr. Anang Budi Joelijanto mengatakan, bahwa keterlibatan pondok pesantren menjadi model baru dalam pendekatan pelatihan kerja.

"Kalau pondok pesantren, kebetulan yang saya tahu baru ini ya. Kemungkinan dan saya harap, ke depan makin banyak pondok pesantren yang bekerja sama dengan kami," ujarnya.

Anang juga menyoroti fenomena tingginya pengangguran dan pernikahan dini, yang menurutnya bisa ditekan bila pemuda diberi penghasilan sejak muda.

“Kami berpikir bagaimana remaja pemuda Probolinggo itu di usia mudanya berpenghasilan, supaya tidak sampai jatuh pada saat menikah. Dia harus mandiri tapi tidak berpenghasilan,” tambahnya.

Kepala Bidang (Kabid) Pelatihan dan Produktivitas Disnaker Kabupaten Probolinggo, Bagus Abdul Goffur, menjelaskan, "kami mempunyai tugas yang diperintahkan melalui Perbub, untuk mengurangi pengangguran. Di bidang kami, dengan kegiatan pelatihan."

Bagus mengungkapkan, bahwa lokasi pelatihan dipilih karena unit usaha pesantren yang sudah terbukti aktif. Santri tak hanya diberi pelatihan, tetapi juga diarahkan langsung ke peluang kerja atau wirausaha.

“Jadi pelatihan kami bukan hanya pelatihan, sekadar dapat sertifikat, setelah itu mereka tidak jelas. Tapi kita mencari lowongan kerja dulu. Salah satunya Terminal Bambu, dan Khoir Bakery yang dimiliki oleh pondok ini,” jelasnya.

Ia melanjutkan, menurut data BPS, angka pengangguran di Kabupaten Probolinggo sekitar 21 ribu orang. Maka pelatihan seperti ini dinilai strategis, apalagi jika dilakukan bersama komunitas yang telah memiliki jaringan usaha.

Materi pelatihan sendiri dimulai dari pretest, pengenalan dasar, hingga praktik langsung yang akan dilanjutkan dalam beberapa hari ke depan.

“Untuk hari ini kolaborasi dengan pesantren. Ini contoh bagaimana kita yang punya mimpi sama, kita bersatu,” lanjut Anang.

Anang berharap, pelatihan keterampilan menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan pesantren ke depan.

“Harapannya, seperti lembaga pendidikan yang lain, pesantren pun menjadi suatu tempat yang tidak hanya memberikan ilmu agama, tetapi ilmu vokasi, vokasi ilmu kepelatihan, keterampilan. Sehingga keluar punya ilmu agama dan juga punya keterampilan yang dibutuhkan dunia usaha saat ini,” pungkasnya.(*)

Pewarta : Abdul Fatah Harowy
Editor : Muhammad Iqbal
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Probolinggo just now

Welcome to TIMES Probolinggo

TIMES Probolinggo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.