https://probolinggo.times.co.id/
Berita

Penipuan Modus Baru Hantui Pedagang Makanan di Probolinggo

Kamis, 15 April 2021 - 22:17
Penipuan Modus Baru Hantui Pedagang Makanan di Probolinggo Penipuan dengan modus pesan makanan dan kelebihan transfer hantui pedagang makanan di Probolinggo. (FOTO: Happy/TIMES Indonesia)

TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Sejumlah kedai makanan di Probolinggo, Jawa Timur, menjadi korban penipuan. Modusnya, pelaku memesan makanan melalui telepon, dan menyelesaikan pembayaran dengan mekanisme transfer. Praktik baru penipuan ini, cukup meresahkan warga setempat.

Ninuk Sri Lestari, salah satu pemilik toko roti di jalan Brigjen Katamso mengaku sempat tertipu dengan praktik tersebut. Mula-mula pelaku menelepon dirinya. Memesan sejumlah roti, untuk acara buka bersama dengan anak yatim piatu.

Pelaku berdalih, tidak bisa mengambil langsung barang pesanan itu. Serta memanfaatkan transfer antar rekening, untuk transaksi pembayarannya.

“Minta nomor rekening ya saya kasih. Lalu tak lama berselang, si pemesan ini mengirimkan bukti transfer. Tapi jumlahnya, lebih banyak dari jumlah pembelian yang harusnya terjadi,” katanya, Kamis (15/4/2021) petang.

Roti pesanan pelaku itu, hanya sejumlah Rp 63 ribu. Namun oleh pelaku, dalam tangkapan layar yang dikirm ke Ninuk, jumlahnya mencapai Rp 630 ribu. Berbekal tangkapan layar palsu bukti transfer itu, pelaku kembali menghubungi Ninuk.

“Dia bilang ada kelebihan transfer, dan minta kelebihannya itu dikembalikan,” imbuhnya.

Penipuan-dengan-modus-pesan-makanan-dan-kelebihan-transfer-hantui-pedagang-makanan-2.jpgTangkapan Layar bukti transfer palsu. (FOTO: Ninuk for TIMES Indonesia)

Ketika transaksi itu berlangsung, kondisi toko milik Ninuk memang sedang ramai. Sehingga dirinya tidak sempat mengecek saldo dalam rekening miliknya. Benar ada transaksi masuk sejumlah Rp 630 ribu atau tidak.

Momen itu, dimanfaatkan pelaku dengan baik. Si pelaku yang menyamar jadi pemesan inipun, kembali menelepon Ninuk. Meminta kelebihan transfer itu dikembalikan. Bukannya via transfer balik, melainkan dalam bentuk tunai.

“Titipkan saja ke driver ojol yang saya suruh ambil pesanannya mbak, kelebihan transfernya,” ujar Ninuk, menirukan ucapan si penipu.

Tanpa menaruh curiga, wanita yang juga akrab disapa Tarie ini pun memberikan pesanan tadi beserta uang tunai yang disebut sebagai kelebihan transfer. Jumlahnya sekitar Rp 500 ribu. Pada pengemudi ojol yang telah dipesan si penipu.

Tak lama berselang, muncul order semacam itu juga. Dengan nominal transfer ke rekening miliknya dengan jumlah yang sama. Saat itupun, dirinya sudah menyiapkan pesanan yang ada.

Bahkan pemesan sudah menghubungi driver ojol untuk menjemput pesanan tersebut. Namun, pada transaksi kedua ini, driver ojol yang dipesan mengingatkan agar dirinya mengecek terlebih dahulu. Transaksi itu ada atau tidak, di mobile banking miliknya.

Setelah dicek, ternyata memang tidak ada. Dari situlah, Tarie kemudian menyadari, bahwa transaksi yang pertama tadi pun tidak ada. Sejauh ini, Tarie masih belum melaporkan kejadian itu ke pihak kepolisian.

Dirinya berpesan agar pemilik usaha makanan, baik resto maupun kedai, agar berhati-hati. Terutama jika ada pesanan dengan modus kelebihan transfer ini. Serta melakukan kroscek, ke rekening miliknya, jika memang bertransaksi melalui online.

Dikonfirmasi terpisah, koordinator pengemudi ojek online, Tommy mengatakan, aksi tipu dengan modus beli dan transfer uang lebih itu belakangan marak di Probolinggo.

“Di sini ada beberapa kejadian sebelum ini mas. Ternyata juga terjadi di luar kota, seperti Situbondo dan Pasuruan,” katanya.

Atas order kedua yang menimpa Tarie, Tommy menyebut dirinya yang menyarankan agar si pemilik toko roti untuk melakukan kroscek ke rekening.

“Persis sebelum penipuan yang menimpa mbak Tarie ini, ada toko roti juga di jalan cokro yang jadi korban. Kerugiannya mencapai dua juta rupiah, dalam sehari,” jelasnya.

Akibat praktik penipuan itu, dirinya sebagai pengemudi ojol juga mendapat stigma negatif. Padahal, tidak ada sangkut pautnya dengan penipuan itu.

Dari sekian kejadian penipuan itu, modus yang dilakukan memiliki kemiripan. Driver memang ditelepon oleh pemesan. Menggunakan layanan ekspres (atau hanya menjemput dan mengantar pesanan saja, red), untuk mengambil pesanan dan diantar ke panti asuhan.

Sesampai di panti asuhan, driver pasti diminta untuk memotret barang pesanan itu. Lalu mengirim fotonya ke pemesan. Dari situlah, pemesan kembali memandu driver ini, untuk mengirim uang kelebihan transfer tadi.

Saat menghubungi korbannya, pelaku menggunakan nomor baru. Dengan foto profil berbagai macam kalangan. Mulai foto seorang polwan, sampai pegawai swasta.

“Dari semua kejadian, caranya sama. Kami diminta untuk mengirim melalui setor tunai di bank tertentu. Jadi tidak mau ditransfer melalui sesama rekening. Maunya hanya transfer melalui setor tunai itu saja,” ujarnya.

Atas kejadian itupun, Tommy bersama salah satu korban, sempat mendatangi pihak bank. Untuk membekukan rekening pelaku. Namun karena transfer yang dilakukan melalui metode setor tunai, pembekuan itu tidak bisa dilakukan.

Karena itulah, masyarakat Probolinggo maupun di wilayah lainnya, diminta untuk berhati-hati dalam transaksi melalui online. Terutama untuk pedagang makanan. Sehingga tidak menjadi korban selanjutnya dari praktik penipuan dengan modus kelebihan transfer. (*)

Pewarta : Ryan
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Probolinggo just now

Welcome to TIMES Probolinggo

TIMES Probolinggo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.