TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Semangat generasi muda dalam dunia pertanian kian nyata terlihat di Desa Asembagus, Kecamatan Kraksaan, saat pelaksanaan Panen Raya Serentak 2025, Senin (7/4/25).
Suara mesin panen padi, combine harvester menggema di tengah hamparan sawah, menjadi saksi perubahan cara bertani yang semakin modern dan efisien.
Bertempat di lahan milik Ketua Kelompok Tani Sinar Harapan Satu, Budi Hartono, kegiatan panen ini bukan hanya diwarnai keceriaan para petani, tetapi juga dihadiri sejumlah pejabat penting.
Bupati Probolinggo dr. Haris hadir langsung bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), yang kemudian disambungkan secara daring dengan Presiden RI, Prabowo Subianto.
Di lokasi, Gus Haris, sapaan akrab Bupati Probolnggo, tak segan turun langsung ke sawah, mengoperasikan combine harvester bersama petani. Menurut Sudi, sopir sekaligus pemilik mesin combine harvester, menjelaskan bahwa dengan mesin ini, mampu memangkas waktu kerja secara drastis.
"Manual atau pakai alat, untuk memanen padi tetap butuh minimal 8 orang, tapi yang ini jauh lebih cepat. Dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore, bisa panen 7 hektare. Kalau manual, lahan seluas 1 hektare butuh dua hari kerja dengan 20 orang pekerja,” jelasnya.
Memakai mesin panen jauh lebih cepat dibandingkan dengan cara manual. Adapun untuk 1 hektare padi berkualitas bisa mencapai 8 ton dengan 50 - 52 kilogram per sak.
Pada acara itu turut hadir, Dandim 0820 Letkol Heri Budiasto, Kapolres Probolinggo AKBP Wisnu Wardana, Kasi Intel Kejari Probolinggo Taufik, Kepala Dinas Pertanian Arif Kurniadi, Kepala BPS Kabupaten Probolinggo Firman Bastian, serta Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo Yahyadi.
Panen ini menjadi bagian dari kegiatan serentak di 14 provinsi atas inisiasi Kementerian Pertanian, yang menyatukan semangat ketahanan pangan dari desa hingga pusat.
Pada kesempatan itu, Gus Haris menekankan bahwa ketahanan dan kedaulatan pangan bukan hanya isu pertanian, melainkan masa depan anak bangsa.
“Ini merupakan gambaran dari masa depan anak-anak cucu kita. Itulah kenapa ketahanan pangan menjadi skala prioritas. Insya Allah, kita akan konsen terhadap digitalisasi pupuk dan pasar agro. Ini menjadi tolak ukur keberhasilan kita secara nasional maupun di Kabupaten Probolinggo,” ungkapnya.
Di balik semangat panen, terdapat tantangan nyata. Cuaca ekstrem telah menyebabkan beberapa wilayah mengalami gagal panen, terutama komoditas seperti cabai.
Bupati mencatat, produksi tahun ini mencapai sekitar 200 ribu ton, sementara kebutuhan lokal hanya sekitar 93 ribu ton.
“Artinya kita surplus. Dan ini membanggakan karena Probolinggo tidak hanya fokus pada padi, tapi juga tembakau, bawang, dan jagung yang merupakan komoditas unggulan kedua terbesar di Jawa Timur setelah Jember dan Nganjuk,” papar Gus Haris.
Panen Raya ini juga menjadi momen refleksi terhadap berbagai bencana yang baru-baru ini melanda beberapa daerah, mulai dari banjir hingga puting beliung.
Gus Haris menegaskan, prioritas utama tetap pada penanganan korban manusia, namun upaya pemulihan pertanian juga terus dilakukan.
“Kami sedang konsolidasi dengan seluruh pihak terkait untuk mengatasi dampak gagal panen. Ke depan, kita ingin meningkatkan produktivitas, bahkan sempat ada lahan yang bisa hasilkan lebih dari 10 ton per hektare,” imbuhnya.
Ke depan, pemerintah daerah akan fokus membangun pertanian modern dengan melibatkan generasi muda. Petani milenial diharapkan menjadi motor penggerak inovasi, agar teknologi tak hanya hadir di kota, tapi juga mengakar di ladang-ladang desa.
“Mindset harus kita ubah. Kita butuh lebih banyak petani muda yang paham teknologi, agar pertanian kita bisa bertransformasi,” tutup Gus Haris.
Presiden Prabowo Subianto yang mengikuti kegiatan dari lokasi berbeda, turut menyampaikan apresiasi atas kerja sama seluruh pihak.
“Hari ini saya sangat bahagia. Ini kerja sama kita semua. Yang paling penting, mereka yang punya akal sehat adalah yang benar-benar cinta rakyat, karena mereka berasal dari rakyat,” tegas Presiden.
Panen Raya Serentak 2025 di Probolinggo bukan hanya soal padi yang menguning dan mesin yang berdentum, tetapi juga tentang semangat, kolaborasi, dan harapan akan masa depan pangan yang berdaulat dan berkelanjutan. (*)
Pewarta | : Abdul Jalil |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |