TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Seorang Tenaga Kerja Wanita atau TKW bernisial A (41) warga Desa Glagah, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mengaku mendapat kekerasan dari sang majikannya di Malaysia, tempat ia bekerja.
“Saya pulang, karena saya tidak kuat dengan perlakuan majikan saya. Selain memperlakukan saya dengan kekerasan. Majikan saya juga mengajak saya menyembah matahari,” cerita A, saat kembali ke rumahnya pada Kamis (6/10/2022). A sampai di Probolinggo pada Rabu (5/10/2022).
A, juga menceritakan agama yang dipeluk majikannya itu. Sang majikan yang terakhir ini kata dia adalah keturunan India, yang menyembah matahari dan Dewi Durga.
”Sedangkan saya beragama Islam. Kan tidak mungkin saya menyembah matahari dan Dewi Durga, dia memaksa saya memeluk agamanya, saya menolak,” kata dia.
Banyak cerita yang dialami A selama dia kerja di Malaysia. Kekerasan juga terjadi karena dipicu hal lainnya, termasuk harus mengikuti apa yang diperintahkan majikannya itu (menyembah matahari).
“Dipaksa untuk memeluk agama majikan dan dengan tegas saya tolak, sehingga mengalami kekerasan juga, dan akhirnya saya putuskan untuk kembali ke kampung halaman ini,” beber A.
A kembali menceritakan, dia dipaksa menyembah matahari setiap hari pukul 07.00 dan patung Dewi Durga istri Dewa Siwa.
“Saya dipaksa melakukan ritual penyembahan ke matahari dan patung bertangan delapan. Saya dipaksa menyembah dengan melakukan ritual menggunakan dupa berbentuk lidi,” jelasnya lagi.
“Jika saya tidak melakukan ritual itu, saya harus menerima pukulan rotan di tubuh dan di kepala,” cerita dia sambil mengeluarkan air mata.
Dengan siksaan itu kata dia, dengan terpaksa ia lakukan demi keselamatannya.”Namun saya sama sekali tidak meyakini ritual itu. Saya berkeyakinan bahwa saya tetap beragama Islam. Allah, Tuhan saya, dan Nabi Muhammad SAW, Nabi saya. Akhirnya saya kabur karena tidak kuat,” tututrnya.
Setelah dia kabur, dia mencari tempat kerja lain atau majikan lain. Selama di Malaysia, ia memiliki majikan sebanyak enam kali. Ia mengaku diupah sebesar 600 Ringgit, akan tetapi yang diserahkan oleh sang juragan kepadanya hanya 50 Ringgit.
“Sisanya dipegang juragan. Ketika bulan Ramadan saya minta untuk dikirim ke kampung, pengakuannya sudah dikirim tapi saat dicek ternyata tidak ada kiriman sama sekali,” aku A.
Untuk keberangkatan dulu, paspor dibuat di Batam, tapi dirinya belum pernah pegang paspornya. Biayanya juga dari bosnya. A menetap seminggu di Batam sebelum berangkat,” katanya.
Camat Pakuniran, Imron Rosyadi mengatakan, A bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
“Sekitar empat tahun yang lalu, A mendengar kalau ada lowongan kerja di Malaysia dengan perizinan resmi. A menemui agen pemberangkatan. Banyak cerita yang disampaikan A, tentang apa yang dilakukan majikannya selama jadi TKW, termasuk kekerasan dan diajak memeluk agama majikannya dengan menyembah matahari,” terang Imron, kepada wartawan melalui selulernya Rabu (5/10/2022).(*)
Pewarta | : Dicko W |
Editor | : Muhammad Iqbal |