https://probolinggo.times.co.id/
Ekonomi

Semangat Kartini Hidup di Jarum dan Benang Ariyanti, Perempuan Tangguh dari Tulungagung

Minggu, 20 April 2025 - 22:35
Semangat Kartini Hidup di Jarum dan Benang Ariyanti, Perempuan Tangguh dari Tulungagung Ariyanti (48) saat ditemui di kediaamannya sedang bersiap untuk touring bersama suaminya (FOTO: Kamiliya Salsabila Imelda/TIMES Indonesia)

TIMES PROBOLINGGO, TULUNGAGUNG – Di balik deru mesin jahit yang nyaris tak pernah berhenti, tersembunyi kisah perempuan tangguh yang memilih menjahit asa ketika hidup memberinya tantangan. Di sebuah rumah produksi di Desa Kauman, Kabupaten Tulungagung, perempuan-perempuan duduk berjajar.

Tangan mereka lincah, matanya awas, menyulam benang demi benang menjadi pakaian dalam anak hingga dewasa.

produksi-Konveksi-Mbak-Yanti.jpg

Salah seorang perempuan yang sedang menjahit celana dalam produksi Konveksi Mbak Yanti (FOTO: Kamiliya Salsabila Imelda/TIMES Indonesia)

Di tengah mereka, berdiri sosok yang bukan hanya pemilik usaha, tapi juga pemantik harapan. Dialah Ariyanti, perempuan kelahiran 13 Maret 1977 yang mengubah keterampilan menjahit menjadi pintu rezeki bagi ratusan perempuan di lingkungannya.

Ariyanti bukan berasal dari keluarga pengusaha besar. Ia juga bukan lulusan sekolah mode bergengsi. Namun dari mertuanya, ia belajar satu hal penting bahwa keterampilan bisa diwariskan, dan semangat bisa ditularkan.

proses-pengepakan-celana-dalam.jpg

Para perempuan yang gigih sedang melakukan proses pengepakan celana dalam di Konveksi Mbak Yanti (FOTO: Kamiliya Salsabila Imelda/TIMES Indonesia)

Setelah menikah, ia belajar menjahit perlahan, memotong kain, merangkai potongan demi potongan hingga menjadi celana dalam. Dari situ, semangatnya tumbuh. Bersama sang suami, ia merintis usaha konveksi kecil yang kini dikenal dengan nama Konveksi Mbak Yanti.

“Tahun 2001 saya mulai. Waktu itu belum banyak warga yang paham tentang konveksi. Tapi saya percaya, kalau saya ajak mereka belajar, pasti mereka bisa. Dan alhamdulillah, sekarang banyak yang ikut berkembang bersama saya,” tuturnya.

Pasang Surut Usaha

Namun jalan Ariyanti tak selalu mulus. Tahun 2008, badai menghantam. Sistem pembayaran yang tidak sehat membuat usahanya kolaps. Ia sempat berhenti dua tahun penuh.

Dalam masa vakum itu, ia mencoba bangkit melalui usaha lain, seperti membuat tepung tapioka yang berbahan dasar ketela pohon, inspirasi yang datang dari aktivitas memancing suaminya. Tapi takdir berkata lain. Usaha itu pun gagal karena sulitnya mencari bahan baku.

Namun, sebagaimana semangat Kartini yang tak pernah padam, Ariyanti pun bangkit. Tahun 2010 menjadi titik balik. Seorang teman mengulurkan tangan, menyemangatinya untuk kembali ke dunia konveksi.

Kali ini, ia lebih hati-hati. Ia ubah sistem pembayaran, dari giro yang riskan menjadi sistem tunai yang lebih aman. Perlahan tapi pasti, usaha itu kembali berdiri lebih kuat dari sebelumnya.

Kini, Konveksi Mbak Yanti mempekerjakan hampir 200 karyawan, dan 90 persen di antaranya adalah perempuan. Mereka datang dari berbagai latar belakang, usia, dan kisah hidup. Namun di konveksi itu, mereka menemukan harapan yang sama, hidup yang lebih mandiri dan bermartabat.

“Saya ajak ibu-ibu di sekitar. Banyak yang dulunya pengangguran, tidak punya pekerjaan tetap. Saya ajari mereka menjahit. Yang penting ada niat. Saya tidak lihat usia, karena yang saya lihat adalah kemauan,” tutur wanita kelahiran Tulungagung itu.

Hidupkan Semangat Kartini

Bukan hanya penjahit yang ia rekrut. Ia juga membuka lapangan kerja untuk bagian pengguntingan kain, penyablonan, hingga pengepakan. Konveksinya tumbuh menjadi rumah produksi, sekaligus rumah harapan bagi para perempuan di desanya.

Baginya, Hari Kartini adalah pengingat bahwa perempuan punya daya juang yang luar biasa. Perempuan bisa bekerja, menghasilkan uang, dan tetap menjadi pendamping yang baik dalam rumah tangga.

“Jangan sampai perempuan merasa harus selalu bergantung. Kita bisa bantu ekonomi keluarga. Tapi juga tetap hormat pada suami, tetap jadi pendukung. Saya percaya, perempuan bisa jadi yang terbaik untuk keluarganya,” ucapnya penuh keyakinan.

Di momen Kartini 2025 ini, Ariyanti menyampaikan pesan yang sederhana namun dalam kepada generasi muda, terutama para perempuan.

“Jangan mudah menyerah. Kalau jatuh, bangkitlah. Tekun, ulet, dan kerjakan semua dengan hati yang ikhlas. Kalau kita bekerja dengan ikhlas, insyaAllah berkahnya akan terasa.”

Dari sebuah desa kecil di Kabupaten Tulungagung, Ariyanti menunjukkan bahwa semangat Kartini tidak harus lahir dari panggung besar. Ia bisa tumbuh di balik deru mesin jahit, di tangan-tangan ibu rumah tangga dan dalam setiap potongan kain yang mereka olah bersama. (*)

Pewarta : Kamiliya Salsabila Imelda (Magang MBKM)
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Probolinggo just now

Welcome to TIMES Probolinggo

TIMES Probolinggo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.