Ekonomi

Ditopang Ekonomi Domestik, Indonesia Kecil Kemungkinannya Terpeleset Jurang Resesi

Rabu, 03 Agustus 2022 - 17:08
Ditopang Ekonomi Domestik, Indonesia Kecil Kemungkinannya Terpeleset Jurang Resesi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (FOTO: dok Golkar)

TIMES PROBOLINGGO, JAKARTA – Peluang Indonesia untuk masuk ke jurang resesi sangat kecil, yakni hanya 3%. Perekonomian Indonesia akan tetap kuat karena ditopang oleh indikator makro yang positif dan ekonomi domestik. Data global CEIC seperti keuangan moneter, pasar tenaga kerja dan industri, perekonomian Indonesia juga diperkirakan menguat. 

Bahkan Indonesia berada di bawah indikator 100, sehingga jauh dari sinyal resesi. Tidak hanya akan minim resiko resesi, dengan berbagai indikator perekonomian yang positif di tengah ancaman krisis global maupun stagflasi, pemerintah optimis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan berada pada kisaran 5,3% hingga 5,9%. 

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi kita di 2022 ini masih optimis di 5,2% dan diharapkan di 2023 kita bisa tingkatkan antara 5,3% hingga 5,9%," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartartob yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini, Rabu (3/8/2022). 

Probabilitas Indonesia untuk masuk ke jurang resesi diakui sejumlah ekonom sangat kecil. Menurutnya, jika dilihat dari dari indikator makro ekonomi, kondisi indonesia lebih baik di antara emerging market lain yang mengalami resesi seperti El Salvador, Srilangka, Ghana, yang kondisinya ada tekanan. 

"Utang kita ada peningkatan, terutama utang pemerintah, tetapi kita diimbangi windfall profit dari komoditas, ini blessing in disguise di kala negara lain bermasalah, karena kenaikan komoditas kita justru dapat extra," kata Ekonom Bank BCA, David Sumual, Rabu (3/8/2022).

"Kita ekonomi 60% ditopang domestik, saya tidak khawatir ada resesi atau stagflasi global karena domestic economy kita besar sekali. Malah ini kesempatan untuk mendorong substitusi impor. Kalau ada barang yang sulit kita dapat," sambungnya. 

David mengungkapkan, iklim investasi di Indonesia kian menggeliat. Tercatat sejak pandemi Covid-19, masyarakat mulai terbiasa dengan kebiasaan berinvestasi. Peran domestik cukup baik, namun demikian untuk SBN perlu pendalaman finansial kepada masyarakat supaya terbiasa untuk investasi di pasar modal.

Ia juga menyampaikan ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga momentum perekonomian nasional tetap positif. Pertama adalah menjaga inflasi, kedua menjaga daya beli masyarakat dan terakhir atau ketiga likuiditas valas stok pangan. 

"Pasokan pangan dalam negeri, karena kita lihat harga pupuk meningkat ada kekhawatiran cuaca ada perkiraan banyak ahli bahwa kita akan masuk ke El Nino, karena tahun ini basah, tahun depan biasanya sekarang lebih kering. Pangan terutama beras harus bisa diperhatikan," tutur David.

Senada, Direktur Utama BRI Research Institute Anton Hendranata mengatakan kemungkinan Indonesia mengalami resesi di 2023 hanya 2% dengan metode markov switching dynamic model. Hal tersebut karena perekonomian indonesia ditopang sangat kuat oleh permintaan domestik. 

"Selain itu pasar financial dan valas indonesia cenderung robust dari gejolak eksternal dibandingkan masa lalu," jelas Anton. 

Sementara itu, Pakar pertanian dari IPB University Dwi Andreas Santosa mengungkap tidak ada persoalan terkait stok komoditas pangan domestik. Ia mengaku tidak melihat adanya indikasi kelangkaan atau kekurangan stok. Meski demikian, ia menekankan agar menjaga komoditas beras.

Peneliti CORE (Center of Reform on Economics) itu mengungkap pemerintah juga harus memperhatikan nasib dan kesejahteraan petani. Jika harga terlalu rendah, petani akan akan sangat menderita.

"Itu yang perlu menjadi fokus perhatian pemerintah. Jangan fokus terlalu kuat ke upaya menurunkan inflasi pangan. Lihat sajalah produsen pangan di Indonesia seperti apa nasibnya," tambahnya.

Ia menekankan agar pemerintah mewaspadai produksi beras nasional yang kini mendapati tren penurunan. Hal itu didasarkan kondisi dua tahun terakhir. Menurutnya, produksi padi seharusnya bisa melonjak tinggi karena adanya fenomena La Nina yang mendukung peningkatan produksi padi. Padahal, selama 20 tahun terakhir, La Nina selalu membuat produksi padi di Indonesia melonjak. (*)

Pewarta : Sumitro
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Probolinggo just now

Welcome to TIMES Probolinggo

TIMES Probolinggo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.