Kopi TIMES

Menyiapkan Lulusan Perguruan Tinggi Menjadi Entrepreneur

Rabu, 07 Oktober 2020 - 02:35
Menyiapkan Lulusan Perguruan Tinggi Menjadi Entrepreneur Nurul Aziza, ST, MT, IPM, Dosen Fakultas Teknik, Universitas Maarif Hasyim Latif.

TIMES PROBOLINGGO, MOJOKERTO – Berdasar data BPS 2019 jumlah lulusan diploma dan universitas atau perguruan tinggi mengalami peningkatan. namun sebagian besar banyak yang menganggur. Data menyebut, bahwa penyebab lulusan diploma dan sarjana menganggur karena keterampilan tidak sesuai kebutuhan, ekspektasi penghasilan dan status jabatan yang lebih tinggi serta penyediaan lapangan pekerjaan terbatas tidak seimbang dengan jumlah lulusan.

Tentu saja pesaing para lulusan diploma dan sarjana adalah mereka yang memiliki pendidikan rendah namun cenderung lebih menerima pekerjaan apapun dan gaji berapapun.

Data BPS juga menyebutkan bahwa tingkat pengangguran terdidik untuk lulusan diploma meningkat sebesar 8,5%, sarjana meningkat tajam sebesar 25%. Angka kenaikan ini seharusnya menjadi bahan evaluasi dan menyusun strategi untuk mengembangkan softskill lulusan yang sesuai dengan kebutuhan user.

Tahun 2020 ini, pandemi Covid-19 menambah angka pengangguran. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga memperkirakan pada tahun 2021 angka pengangguran bisa mencapai 12,7 juta orang. Padahal tahun 2020 Bapennas telah memperkirakan angka pengangguran terbuka (TPT) mencapai  8,1 hingga 9,2% melompat dari posisi 2019 yang berkisar 5,28%.

Besarnya angka pengangguran ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah bersama, terutama perguruan tinggi.

Berpedoman pada instrumen BAN-PT, jenis kemampuan dan keterampilan lulusan meliputi etika, keahlian pada bidang ilmu, kemampuan berbahasa asing, penggunaan teknologi informasi, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, dan pengembangan diri juga harus menjadi fokus utama bagi perguruan tinggi agar lulusan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Pada lampiran Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 5 tahun 2019 tentang Instrumen Akreditasi Program Studi sebenarnya sudah mengakomodir bahwa jenis pekerjaan lulusan harus sesuai dengan profil lulusan yang didapatkan dari penelusuran tracer study.

BAN-PT juga memberikan poin terhadap jumlah lulusan yang berwirausaha yang tidak berizin, berizin maupun skala Nasional maupun Internasional yang sebelumnya tidak ada instrumen penilaian ini di instrumen tujuh standar. Ini berarti pemerintah mengimbau kepada perguruan tinggi untuk mencetak para lulusan menjadi entrepreneur, dikarenakan realita jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia sangat tidak seimbang dengan jumlah lulusan tiap tahunnya.

Mengetahui kondisi penggangguran terdidik di tahun 2019 apalagi dimasa pandemi ini, perguruan tinggi seharusnya mulai berbenah melakukan personalisasi pembelajaran model flipped school dan Blended Learning sebagai sarana menemukan minat dan mengasah keterampilan yang dimiliki oleh mahasiswa.

Materi kuliah bisa diakses dimanapun dan kapanpun sebelum diberikan di kelas tatap muka. Tatap muka di kelas menjadi tempat yang fokus untuk mengatasi masalah, memajukan konsep, dan terlibat dalam pembelajaran kolaboratif, bukan lagi tempat untuk menjelaskan materi kuliah.

Dengan keterampilan mahasiswa tersebut, mereka terbiasa dan mampu mengambil keputusan yang lebih baik dengan menjadikan keterampilannya sebagai jasa yang ia tawarkan secara individu atau berkolaborasi yang pada akhirnya mereka pun berhasil mendirikan usaha. Model-model pembelajaran seperti inilah yang seharusnya mulai ditanamkan pada mindset para mahasiswa agar tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan namun justru sebaliknya mereka berhasil membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.

Para pendidik juga harus terbuka memberikan keterampilan kepada mahasiswa untuk berwirausaha, bahkan harus ditanamkan sebelum mereka masuk sebuah perguruan tinggi. Sehingga pada saat mereka lulus, mereka tidak hanya fokus mencari pekerjaan namun justru memotivasi mereka mendapatkan posisi jabatan tertinggi sebagai pemilik usaha dan tidak menambah buruknya angka pengangguran terdidik. (*)

 

*) Oleh: Nurul Aziza,ST, MT, IPM, Dosen Fakultas Teknik, Universitas Maarif Hasyim Latif

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Probolinggo just now

Welcome to TIMES Probolinggo

TIMES Probolinggo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.