TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Sebuah gerobak sederhana melaju pelan menyusuri jalan-jalan sempit di Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jatim, akhir pekan lalu.
Di atasnya, duduk seorang pemuda bertubuh tegap dengan senyum malu-malu. Tangannya menggenggam erat medali emas yang menggantung di dadanya. Di belakangnya, ratusan warga mengikuti arak-arakan dengan semangat yang tak kalah membara.
Itulah cara kampung ini menyambut Dimas Lukito Wardana (23), anak keempat dari pasangan Bani Syarifuddin (58) dan Supiyatun (58), yang baru saja pulang dari Vietnam, membawa pulang medali emas Asian Muaythai Championship 2025 untuk Indonesia.
“Saya merasa bangga dan haru. Warga sendiri yang menginisiasi semua ini. Gerobaknya pun buatan mereka,” ujar Bani Syarifuddin, ayah Dimas, menahan haru di balik senyumnya yang tulus.
Dari Hobi ke Prestasi Asia
Sejak kecil, Dimas memang sudah jatuh hati pada dunia bela diri. Sejak SD, ia kerap menirukan gerakan bela diri dari film laga, berlatih sendiri di halaman rumah. Baru saat SMA, ia bergabung dengan cabang olahraga Muaythai.
Melalui seni bela diri asal Thailand yang juga dikenal dengan seni delapan tungkai itulah, jalan prestasi itu mulai terbuka.
Dimas bergabung dengan Camp Muaythai Bayuangga Combat Academy di Desa/Kecamatan Lumbang. Dari rumahnya yang tak jauh dari pantai, Dimas menempuh jarak sekitar 15 kilometer menuju tempat latihan yang berada di dataran tinggi tersebut.
Dari ketekunannya berlatih itulah, keran prestasi Dimas terbuka. Mulai dari level regional seperti Porprov Jatim, level nasional seperti Pekan Olahraga Nasional atau PON, hingga level mancanegara.
Kini, Dimas tercatat sebagai mahasiswa Ilmu Olahraga Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Saat kuliah tengah libur, waktu itu ia manfaatkan untuk menjawab undangan kejuaraan Muaythai Asia di Thai Nguyen, Vietnam, dengan biaya sendiri.
Tapi semua terbayar lunas ketika bendera Merah Putih berkibar di podium tertinggi, mengalahkan atlet dari 22 negara yang menjadi kontestan. Di pertandingan pamungkas, Dimas menumbangkan atlet tuan rumah.
Kemenangan itu bahkan sempat membuat KONI Kabupaten Probolinggo terkejut.
“Kami kaget. Tidak ada pemberitahuan resmi sebelumnya. Tahu-tahu dia sudah pulang dan membawa emas,” kata Ketua KONI Probolinggo, Zainul Hasan, tak bisa menyembunyikan kekagumannya.
Meski berangkat secara mandiri, Pengprov Muaythai Jawa Timur memutuskan untuk mengganti seluruh biaya pribadi Dimas, sebagai bentuk penghargaan atas prestasi gemilang tersebut.
Muaythai, Primadona Baru Probolinggo
Muaythai bukan olahraga asing di Kabupaten Probolinggo. Cabang ini kini menjadi primadona dan salah satu andalan KONI di setiap ajang Porprov karena konsisten menyumbang medali emas.
Beberapa sekolah di Probolinggo juga telah membuka ekstrakurikuler Muaythai sebagai wadah bagi pelajar untuk mengembangkan minat bela diri mereka
“Ada beberapa sekolah yang buka ekstra Muaythai. Kami yang melatih,” kata Ketua Pengkab Muaythai Kabupaten Probolinggo, Deby Abdul Gani kepada TIMES Indonesia.
Bahkan, di Kecamatan Lumbang, yang menjadi jalur menuju kawasan wisata Gunung Bromo, terdapat Camp Muaythai Bayuangga Combat Academy, salah satu pusat latihan terbaik yang telah mencetak atlet-atlet berprestasi.
Dengan ekosistem seperti itu, tak heran bila Probolinggo kini dikenal sebagai salah satu lumbung atlet Muaythai berprestasi di Jawa Timur. Dimas adalah contoh terbaik dari sistem yang sedang tumbuh di tengah keterbatasan.
Inspirasi dari Desa
Kesuksesan Dimas Dimas Lukito Wardana (23) meraih emas di ajang Asian Muaythai Championship 2025 untuk Indonesia menjadi inspirasi.
Di tengah keterbatasan, Dimas telah membuktikan bahwa juara bisa lahir dari mana saja. Bukan dari anak pejabat, bukan dari atlet dengan fasilitas yang mantap. Tapi dari anak desa, anak kuli dan tukang kayu, yang percaya bahwa kerja keras lebih penting daripada latar belakang.
“Semoga semakin banyak atlet dari Kabupaten Probolinggo, terutama adik-adik saya di Camp Muaythai Bayuangga Combat Academy Lumbang, yang bisa mengikuti jejak ini. Bahkan kalau bisa, lebih tinggi lagi dan menembus panggung dunia,” ucap Dimas.
Saat ini, Dimas sedang berada di Malang Raya, menjadi ofisial dan mendampingi para atlet Muaythai Kabupaten Probolinggo yang sedang bertanding di ajang Porprov Jatim 2025.
Ia tetap rendah hati, memilih berperan di balik layar, sambil terus memberi semangat bagi rekan-rekannya.
Ketua KONI Kabupaten Probolinggo, Zainul Hasan mengaku telah berkomunikasi dengan Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) hingga Bupati Probolinggo, dr. Mohammad Haris atau Gus Haris.
“Beliau (Bupati) kaget. Ahirnya punya inisiaif akan memberi penghargaan kepada Dimas sebagai atlet berprestasi di tingkat Asia,” ujar Zainul.
Penghargaan akan diberikan di Malang, saat Gus Haris bersama Komisi IV DPRD Kabupaten Probolinggo hadir ke Malang untuk memberikan support kepada kontingan Probolinggo di ajang Porprov Jatim 2025.
Kisah Dimas adalah bukti bahwa prestasi bisa lahir dari kesederhanaan, dari semangat dan tekad baja seorang anak desa, anak seorang kuli dan tukang kayu yang menjadi juara Asia. (*)
Pewarta | : Muhammad Iqbal |
Editor | : Muhammad Iqbal |