TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Suasana pagi di SMPN1 Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mendadak berubah haru dan penuh decak kagum, Kamis (31/7/2025). Bukan karena seremoni mewah atau panggung megah, melainkan karena lantunan ayat suci Al-Qur’an dari seorang siswi bernama Rohmatul Karimah.
Siswi kelas 9E asal Desa Wringin Anom, Kecamatan Tongas itu mendadak diuji hafalannya oleh Wakil Bupati atau Wabup Probolinggo, Fahmi Abdul Haq Zaini, atau yang akrab disapa Ra Fahmi.
Kunjungan Ra Fahmi ke sekolah yang terletak di Desa Bayeman, Kecamatan Tongas itu sebenarnya merupakan bagian dari program Ngantor di Kecamatan yang telah tujuh kali dilakukan Bupati dan Wabup Probolinggo.
Di Kecamatan yang terletak di ujung barat Probolinggo tersebut, Bupati Gus Haris dan Ra Fahmi datang ke kantor kecamatan. Didampingi Sekda, Ugas Irwanto, dan sejumlah organisasi perangkat daerah atau OPD di lingkungan Pemkab Probolinggo.
Setelah dari kantor camat, tim berpencar ke lokasi berbeda. Sejumlah OPD mengikuti Gus Haris. Ada mengikuti Ra Fahmi. Ada pula yang mengikuti Ketua TP PKK Kabupaten Probolinggo, Ning Marissa Juwita Sari Haris.
Setelah seremonial di kantor camat, Ra Fahmi langsung menuju SMPN 1 Tongas. Di sekolah ini, ia ditemani Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau Disdikdaya, Dwijoko Nurjayadi.
Namun, agenda formal hari seketika berubah menjadi momen tak terlupakan ketika Ra Fahmi, yang juga dikenal sebagai hafidz Al-Qur’an, mengajak dialog para siswa di sebuah ruangan.
Salah satu yang diajak berdialog adalah Rohmatul Karimah. Kepada Ra Fahmi, Karimah menyatakan telah menghafal empat juzz dari kitab suci Al-quran.
Jawaban itu mengundang sorot mata kagum dari para guru dan pejabat yang hadir.
Tanpa skrip atau persiapan khusus, Ra Fahmi pun menguji hafalannya. Ia membaca penggalan Surat Ali Imran ayat 92:
"Lan tanālul-birra ḥattā tunfiqụ mimmā tuḥibbụn..."
Begitu membaca penggalan ayat tersebut, mikrofon diserahkan kepada Karimah, pertanda ia harus melanjutkan ayat tersebut.
Tanpa gugup, Rohmatul Karimah melanjutkan bacaan itu dengan lancar hingga beberapa ayat berikutnya.
Tak hanya lancar, suaranya yang jernih dan pelafalannya yang fasih menyiratkan kedalaman rasa dalam setiap ayat yang diucapkannya.
Tepuk tangan pun membahana. Di wajah Ra Fahmi, tampak binar bangga yang sulit disembunyikan.
Tak berhenti di situ, Ra Fahmi kembali bertanya, “Di sini ada pembinaan Aqidatul Awam, ya?”
“Ya,” jawab para siswa serempak.
“Boleh saya tes? Siapa yang mau demonstrasi baca?”
Karimah kembali maju. Kemudian dengan percaya diri membacakan bait-bait dari kitab Aqidatul Awam, syair klasik ilmu tauhid karya Syekh Sayyid Ahmad Al Marzuqi Al Maliki Al-Hasani.
Dengan suara lirih namun jelas, ia melantunkan penggalan nadhom: “Abda’u bismillahi warrahmani...”, diikuti oleh puluhan siswa lainnya yang berkumpul di ruangan tersebut.
Ra Fahmi terlihat tersenyum puas. Di hadapan para guru dan pejabat daerah, ia menyampaikan apresiasi mendalam.
“Pendidikan seperti inilah yang harus diperkuat di sekolah negeri. Bukan hanya akademik, tapi juga nilai-nilai spiritual dan akhlak. Saya bangga,” ujarnya.
Momen langka itu menjadi bukti bahwa pendidikan karakter dan keagamaan tak hanya bisa tumbuh di lembaga berbasis pesantren, tapi juga di sekolah-sekolah negeri. Asal diberi ruang dan perhatian yang cukup. (*)
Pewarta | : Muhammad Iqbal |
Editor | : Muhammad Iqbal |