https://probolinggo.times.co.id/
Pendidikan

Sekolah-Sekolah Sepi di Kabupaten Probolinggo

Sabtu, 19 Juli 2025 - 16:24
Sekolah-Sekolah Sepi di Kabupaten Probolinggo Siswa SDN Warujinggo 2, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, belajar di ruang kelas. Sekolah ini akan ditutup karena sepi peminat dan tak dapat murid baru dalam dua tahun terakhir (Foto: Iqbal/TIMES Indonesia)

TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGOSDN Warujinggo 2 di Kecamatan Leces, yang bakal ditutup Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau Disdikdaya Kabupaten Probolinggo, Jatim, bukan satu-satunya sekolah yang bergulat dengan krisis murid di di daerah tersebut.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, setidaknya ada 15 sekolah dasar negeri (SDN) yang tercatat memiliki jumlah siswa di bawah 25 orang pada semester genap tahun ajaran 2024/2025.

Paling sedikit adalah SDN Batur 3 di Kecamatan Gading yang kini hanya memiliki 8 siswa. Sekolah yang terletak di Dusun Rabunan, Desa Batur ini, hanya memiliki empat rombongan belajar atau kelas.

Menyusul di bawahnya adalah SDN Sumberpoh (Kecamatan Maron) dengan 11 siswa. Sekolah di Dusun Krajan ini telah ditutup Disdikdaya Kabupaten Probolinggo tahun lalu karena sepi peminat.

Sekolah dengan jumlah murid minim berikutnya adalah SDN Seneng 3 (Kecamatan Krucil) dan SDN Karangrejo 2 (Kecamatan Kuripan). Dua sekolah yang berada di dataran tinggi ini masing-masing hanya memiliki 18 siswa aktif.

SDN Warujinggo 2 sendiri berada di peringkat kelima dari bawah, dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang sebelum akhirnya ditetapkan tutup oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Saat diputuskan untuk ditutup, jumlah murid di sekolah yang berdiri tahun 2017 (berdasarkan Dapodik) itu tersisa 15 anak. Tersebar di tiga kelas, yaitu kelas 3, kelas 4, dan kelas 6.

Sebagian besar sekolah sepi peminat berada di wilayah pinggiran atau perbukitan yang tidak mudah dijangkau. Sebut saja Kecamatan Kuripan (SDN Karangrejo 2), Krucil (SDN Seneng 1 dan SDN Seneng 3), Pakuniran (SDN Gunggungan Lor dan SDN Kertonegoro), dan Tegalsiwalan (SDN Tegalsono 2 dan SDN Gunung Bekel 3).

Sementara sekolah-sekolah swasta atau negeri lain yang lebih besar dan mudah diakses menjadi pilihan utama orang tua.

Berjibaku Gaet Murid Baru

Kepala SDN Warujinggo 2, Idrati Susilo mengatakan, ia bersama guru-guru telah sering sosialisasi ke masyarakat setempat dan TK untuk menggaet murid baru.

Siswa-9.jpg

Upaya mendapatkan murid baru juga dilakukan dengan melaksanakan kegiatan bersama. Setiap hari Senin, misalnya, sekolah yang dipimpinnya menggelar upacara bendera bersama dengan anak-anak TK.

Pada momen-momen tertentu, pengelola sekolah berkunjung ke masyarakat sekitar. Antara lain saat ada hajatan atau lebaran. Baik Idul Fitri maupun Idul Adha.

“Terakhir yang kami lakukan, ada program seragam dan alat tulis untuk siswa baru,” kata kepala sekolah yang biasa disapa Susi tersebut.

Namun setelah berbagai macam usaha dilakukan, SDN Warujinggo 2 tetap tak dapat murid baru dalam dua tahun berturut-turut. Hingga akhirnya sekolah itu pun diputuskan untuk ditutup seterusnya.

“Setelah berbagai macam usaha dilakukan, kenyataannya tetap kondisinya tidak dapat murid. Ya kami kembalikan ke dinas karena kami hanya pelaksana,” ucap Susilo.

Fenomena Sepinya Sekolah Negeri

Menurut Kepala Disdikdaya Kabupaten Probolinggo, Dwijoko Nurjayadi, fenomena menurunnya minat terhadap sekolah dasar negeri bukan hanya terjadi di SDN Warujinggo 2. Ia menyebut gejala serupa juga tampak di sejumlah sekolah lain di kabupaten ini.

“Ini fenomena. Ini jadi PR (pekerjaan rumah) kami kenapa sekolah negeri ditinggalkan,” kata Dwijoko saat dihubungi, Kamis (17/7/2025) malam.

Ia menyebut ada beberapa faktor yang memengaruhi. Di antaranya preferensi orang tua yang kini lebih memilih menyekolahkan anak mereka ke lembaga berbasis keagamaan atau sekolah swasta dengan fasilitas unggulan.

Nilai Tambah Keagamaan

Untuk merespons tren tersebut, Disdikdaya mendorong sekolah negeri meningkatkan nilai tambah, terutama di sisi kegiatan keagamaan. Beberapa sekolah, kata Dwijoko, kini rutin menggelar Salat Dhuha berjemaah dan kegiatan mengaji sebelum pelajaran dimulai.

“Kita ingin sekolah negeri punya ciri khas juga, terutama dalam pembentukan karakter murid,” ucapnya.

Ia menyebut SDN Karanganyar 2 di Kecamatan Bantaran. Awalnya, sekolah itu disebut hanya hanya punya 12 murid di kelas 1. Tapi kini, murid barunya sudah 24 anak atau naik dua kali lipat. (*)

Pewarta : Muhammad Iqbal
Editor : Muhammad Iqbal
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Probolinggo just now

Welcome to TIMES Probolinggo

TIMES Probolinggo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.