TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Gelombang kebijakan kontroversial kembali mencuat di Kota Probolinggo. Setelah isu gagalnya revitalisasi alun-alun dan pembongkaran kubah yang menelan anggaran besar, kini giliran Gedung Kesenian Kota Probolinggo yang jadi sorotan.
Pemerintah Kota Probolinggo berencana mengalihfungsikan gedung tersebut menjadi lapangan tenis indoor.
Rencana ini disebut bukan lagi sekadar wacana, melainkan sudah masuk dalam agenda resmi. Bahkan, anggaran untuk membongkar panggung permanen di dalam gedung itu sudah disiapkan.
Langkah tersebut langsung menuai kritik. Salah satunya datang dari Muh Fendi, Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kota Probolinggo. Ia menilai kebijakan itu terlalu terburu-buru dan minim dialog.
“Kebijakan ini terkesan terburu-buru dan tanpa dialog, nuansanya sangat kental dengan political self interest. Isu alih fungsi gedung ini sudah lama bergaung, tapi belum terealisasi karena pemerintah belum bisa menyediakan ruang kesenian yang lebih layak,” tegasnya.
Penopang Museum
Menurut Fendi, keberadaan Gedung Kesenian tak bisa dilepaskan dari posisi Museum Probolinggo yang berdampingan. Keduanya saling menopang sebagai ruang edukasi dan pelestarian budaya.
Dengan keberadaan museum dan gedung kesenian yang berdampingan, menurut Fendi, masyarakat bisa lebih mudah mengakses sejarah, budaya, sekaligus kesenian Probolinggo.
“Pemerintah hari ini perlu banyak membaca Roadmap kesenian Kota Probolinggo agar kebijakan yang di ambil bukan atas dasar untung dan rugi, tapi bagaimana masyarakat lebih mencintai sejarah, budaya dan kesenian asli Probolinggo,” kata Fendik.
Hidup Kesenian, Mati di Tangan Kebijakan?
Fendi menegaskan, Gedung Kesenian masih aktif. Setiap hari ada latihan seni, dari anak-anak, remaja, hingga pegiat budaya yang menggantungkan hidupnya di sana.
“Gedung ini hidup, penuh aktivitas kesenian. Lantas perjuangan seperti ini akan di gantikan oleh latihan tenis yang hanya dinikmati oleh kaum Borjuis Kota Probolinggo untuk hiburannya,” sindirnya.
Ia pun menyarankan agar kebutuhan lapangan tenis indoor bisa dipenuhi dengan merehabilitasi GOR Ahmad Yani atau GOR Mastrip yang sudah ada.
Kepentingan Publik atau Politik?
Fendi menduga ada kepentingan politik di balik langkah alih fungsi ini. Jika benar alasannya untuk menambah pendapatan daerah, ia menilai pemerintah seharusnya bisa menggelar pertunjukan seni yang justru mampu menarik penonton sekaligus pemasukan.
“Kesenian Kota Probolinggo butuh di perhatikan bukan malah dibatasi ruang gerakannya,” tandasnya. (*)
Pewarta | : Rizky Putra Dinasti |
Editor | : Imadudin Muhammad |