https://probolinggo.times.co.id/
Berita

Musik Okol, Tradisi yang Menjaga Silaturahmi Warga Tiris Probolinggo

Rabu, 29 Oktober 2025 - 14:41
Musik Okol, Tradisi yang Menjaga Silaturahmi Warga Tiris Probolinggo Saat penampilan grup musik Okol warga Segaran, Tiris, Probolinggo di kegiatan sosialisasi "Harmoni Alam dan Budaya" Rabu (29/10/2025).

TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Musik Okol menjadi salah satu tradisi masyarakat di lereng Pegunungan Argopuro dan Lemongan yang terus lestari di wilayah Tiris, Krucil, Maron, hingga Bantaran, Kabupaten Probolinggo. 

Seni musik ritual yang hidup berabad-abad ini bukan sekadar hiburan, tetapi hadir sebagai perekat silaturahmi dan wujud syukur masyarakat atas hasil panen.

Agus Subiyanto, Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Forkom Pokdarwis), menyebut Musik Okol telah menjadi identitas budaya warga di kawasan tersebut. 

“Musik Okol ini budaya masyarakat Tiris, Krucil, Maron, Bantaran. Dari masing-masing daerah memiliki ciri khas irama. Ini bagian dari kegiatan masyarakat suku yang hidup di lereng Argopuro dan Lemongan,” ujarnya, di kegiatan sosialisasi "Harmoni Alam dan Budaya" yang diselenggarakan oleh Mahdi, DRPD Provinsi Jatim, Rabu (29/10/2025). 

Tradisi-yang-Menjaga-Silaturahmi-Warga-Tiris-Probolinggo-B.jpg

Tradisi ini biasanya digelar pada Jumat atau Minggu pagi. Warga berkumpul di lapangan untuk melepas burung merpati bersama, yang mereka sebut sebagai "toktaan tere" atau pelepasan merpati. Momentum itu menjadi ajang pertemuan dan pengikat kebersamaan masyarakat.

“Pesan filosofisnya, mempererat silaturahmi. Kedua, memberikan kebebasan kepada merpati. Ketika dilepas mereka pasti pulang ke pakuponnya. Itu simbol kejujuran masyarakat Tiris,” tambah Agus.

Selepas sesi pelepasan merpati, Musik Okol ditabuh sebagai bagian dari ungkapan rasa syukur. Dentuman alat musik berbahan kayu seperti saron, sronin, dan bekking menjadi ciri khas orkestra tradisional tersebut.

Juragan Musik Okol Panji Lanang, Harsono, menuturkan bahwa tradisi Okol telah ada sejak ratusan tahun lalu dan terus berkembang mengikuti zaman. 

“Kalau dulu hanya ada nyanyian, sekarang bisa mengiringi sholawatan dan kecungan, syair khas masyarakat Tiris,” ungkapnya.

Tak hanya dalam ritual desa, Okol juga turut mengiringi hajatan seperti pernikahan hingga acara perlombaan merpati. 

“Kalau undian atau perlombaan bisa sampai 3.000 merpati dari berbagai daerah. Kalau hajatan sekitar 1.500 merpati dilepas,” katanya.

Jumlah kelompok Okol di Tiris saat ini mencapai sekitar 20 grup, dengan personel 13–14 orang dalam tiap kelompok. Pada bulan Ramadan, tradisi itu bahkan hadir untuk membangunkan sahur warga. 

“Alatnya dibuat dari kayu mahoni, nangka, kelapa. Kita rawat sendiri,” ujar Harsono.

Di tengah arus modernisasi, pelaku seni berharap Okol tetap menjadi warisan budaya yang hidup dari generasi ke generasi. 

“Tradisi ini jangan sampai musnah. Harus diteruskan karena sangat baik untuk kebersamaan masyarakat Tiris,” tutupnya.(*)

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Probolinggo just now

Welcome to TIMES Probolinggo

TIMES Probolinggo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.