TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Warga Kelurahan Curah Grinting, Kota Probolinggo, Jawa Timur, memiliki tradisi unik setiap Bulan Suro. Mereka menggelar ritual tahunan bernama Grebek Suro atau dikenal dengan sebutan “Buk-buk Bumeh bulen Sorah”, yang telah menjadi warisan budaya turun-temurun.
Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap tanggal 5 Suro dalam penanggalan Jawa sebagai bentuk rasa syukur atas berkah alam dan kesuburan bumi.
Buk-buk Bumeh merupakan ritual sakral yang diawali dengan arak-arakan gunungan hasil bumi serta tumpeng raksasa. Prosesi ini dimulai dari Kantor Kecamatan Kanigaran dan menempuh jarak sekitar 2 kilometer menuju Padepokan Wali Songo Majelis Sholawat Nariyah.
Ratusan warga turut meramaikan iring-iringan yang dimeriahkan oleh pasukan berkuda, kesenian jaran kencak, dan alunan musik tradisional Madura.
Yang istimewa, dalam arak-arakan ini juga diikutsertakan puluhan anak yatim piatu yang menunggang kuda hias sambil diiringi lantunan sholawat, menambah kesan khidmat sekaligus haru dalam perayaan ini.
Pengasuh Padepokan Wali Songo Kalimosodo, Kyai Ahmad Kusnadi, menyebut tradisi ini sebagai bentuk sedekah bumi sekaligus doa bersama untuk kelestarian alam dan kesejahteraan warga.
“Kami berharap bumi selalu subur, warga sejahtera, dan damai di seluruh dunia,” ujar Kyai Ahmad.
Puncak acara Buk-buk Bumeh ditandai dengan pembagian gunungan berisi sayuran, padi, dan uang kertas kepada masyarakat. Warga pun antusias berebut isi gunungan yang dipercaya membawa keberkahan, keselamatan, dan rezeki bagi siapa saja yang mendapatkannya.
Siti Amanah, warga setempat, mengatakan tradisi ini telah dilestarikan sejak zaman nenek moyangnya.
“Tradisi ini sudah turun-temurun. Saya dapat sayur dan gabah, nanti dibawa pulang untuk dimasak bersama keluarga,” tutur Siti.
Dari tradisi Buk-buk Bumeh, masyarakat diajak untuk terus bersyukur dan menjaga harmoni dengan alam sebagai sumber kehidupan. (*)
Pewarta | : Sri Hartini |
Editor | : Imadudin Muhammad |