TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Malam di Desa Kedungdalem dan Desa Dringu, Kabupaten Probolinggo, Jatim, kembali dipenuhi kepanikan saat hujan lebat mengguyur wilayah hulu, Selasa (23/12/2025) siang hingga sore.
Warga dua desa tersebut dibayangi oleh kedatangan tamu tak diundang yang kerap datang saat musim hujan tiba: Banjir akibat luapan Sungai Kedunggaleng. Seperti yang terjadi malam itu.
Di tengah kepungan luapan Sungai Kedunggaleng, dua sosok berseragam cokelat tampak berkubang lumpur. Aiptu Jajak Agus dari Samapta Polres Probolinggo dan Brigpol Erwin Fathur Rizal dari Polsek Dringu, berjibaku mengurai sumbatan aliran air yang mulai merangsek ke pemukiman warga.
Seragam mereka tak lagi rapi, basah oleh peluh dan kotor oleh material sisa luapan. Keduanya mengabaikan dingin demi satu tujuan: memastikan air tidak semakin dalam menenggelamkan harapan warga.
Siklus Trauma dan Upaya Mitigasi
Berdasarkan data yang dihimpun TIMES Indonesa, Dringu berada dalam siklus trauma setidaknya sejak 2021. Puncaknya pada Maret 2024 lalu, ketika banjir besar merendam lebih dari 1.500 KK di Kedungdalem dan 1.050 KK di Desa Dringu.
Tahun 2025 ini pun, riwayat banjir tercatat sempat muncul pada Februari dan Maret.
Sadar akan siklus banjir itu, warga pun seolah beradaptasi. Mayoritas rumah di Desa Dringu dan Kedungdalem dilengkapi pagar. Tak hanya itu, di setiap pintu rumah, warga memasang sekat pembatas darurat yang menyerupai pintu dam air kecil.
Instalasi swadaya ini adalah "benteng terakhir" warga. Karena sudah menjadi langganan banjir, pintu-pintu dam ini berfungsi menahan laju air agar tidak masuk ke ruang tamu dan merusak harta benda.
Pada Februari 2025, Polres Probolinggo juga menginisiasi simulasi penanganan bencana secara komprehensif di zona merah ini bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD setempat.
Simulasi dirancang untuk mempertajam koordinasi dan kecepatan reaksi personel saat air sungai melampaui ambang batas. Apa yang disimulasikan sepuluh bulan lalu, kini teruji secara nyata di lapangan.
Kapolres Probolinggo, AKBP M. Wahyudin Latif mengatakan, kehadiran personel di lokasi banjir adalah wujud nyata dari kesiapan institusi yang telah dilatih secara konsisten.
“Segera setelah mendapatkan informasi tentang kenaikan debit air di Dringu, personel langsung bergerak. Ini adalah bagian dari komitmen kami. Keselamatan masyarakat selalu menjadi prioritas utama,” kata AKBP M. Wahyudin Latif.
Ia menambahkan, kehadiran Polri bukan sekadar pengamanan, melainkan bentuk perlindungan nyata di tengah cuaca ekstrem yang sulit diprediksi. Masyarakat pun diimbau untuk terus waspada terhadap potensi banjir susulan. (*)
| Pewarta | : Dicko W |
| Editor | : Muhammad Iqbal |