https://probolinggo.times.co.id/
Opini

Membangkitkan Nasionalisme dengan Moderasi beragama

Selasa, 20 Mei 2025 - 20:23
Membangkitkan Nasionalisme dengan Moderasi beragama Dr. Ahmad Hudri, ST., MAP., Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Probolinggo

TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Membangkitkan nasionalisme melalui moderasi beragama merupakan isu yang sangat relevan dalam masyarakat kontemporer yang mulai kehilangan identitas. Nasionalisme mengacu pada ideologi politik, sosial, dan budaya yang menekankan kesetiaan dan pengabdian kepada kepentingan kebangsaan.

Moderasi beragama di sisi lain, adalah bentuk pendekatan yang mengaktualisasikan keyakinan dengan cara mendorong harmonisasi, toleransi, dan koeksistensi di antara entitas yang beragam. Kolaborasi kedua perspektif ini dapat menumbuhkan rasa memiliki sekaligus mengurangi potensi konflik. 

Dalam beberapa waktu terakhir ini, isu nasionalisme muncul kembali seiring dengan munculnya politik identitas dengan identitas agama. Identitas agama menjadi alat untuk mencapai kekuasaan politik. Namun patut disyukuri bahwa Indonesia yang memiliki dasar negara Pancasila masih bisa menjadi pilar kokoh persatuan dalam bingkai keberagaman. 

Konsep Pancasila berperan sebagai ideologi kebangsaan yang mendorong keberagaman keyakinan agama dalam kerangka nasionalisme. Pancasila menekankan pentingnya kepercayaan kepada ketuhanan sekaligus mengedepankan masyarakat yang pluralistik. Upaya penyeimbangan ini dapat menjadi model bagi negara-negara lain yang mengalami tantangan serupa. 

Indonesia berpengaruh besar dalam mempromosikan perpaduan nasionalisme dan moderasi beragama. Salah satunya dipromotori oleh Nahdlatul Ulama dengan konsep Islam Nusantara. Yaitu Islam moderat yang memposisikan identitas nasional yang berakar dari kultur budaya bangsa dan keyakinan agama dalam hidup berdampingan. 

Melalui inisiatif dan dialog pendidikan, peran interpretasi agama moderat dalam mendorong persatuan nasional. Upaya semacam itu sangat penting di negara yang beragam seperti Indonesia, di mana terdapat banyak sekali kelompok etnis dan agama. 

Dampak moderasi beragama terhadap nasionalisme juga dapat disaksikan dalam platform pendidikan. Kampanye kesadaran dan kurikulum inklusif dapat menanamkan nilai-nilai toleransi dan rasa hormat di kalangan generasi muda. 

Misalnya, program yang ditujukan untuk dialog antaragama dapat membantu menjembatani kesenjangan antara komunitas agama yang berbeda, memperkuat gagasan bahwa patriotisme melampaui sistem kepercayaan individu. Namun, hubungan antara nasionalisme dan moderasi beragama bukannya tanpa tantangan. 

Ideologi fundamentalis dapat mengancam jalinan persatuan nasional. Sentimen agama dan etnis dapat muncul dari interpretasi sempit nasionalisme yang berusaha untuk mengecualikan kelompok-kelompok tertentu. 

Peristiwa baru-baru ini di seluruh dunia, termasuk meningkatnya populisme dan xenofobia, menyoroti ketegangan semacam itu. Memahami dinamika ini sangat penting untuk menumbuhkan nasionalisme yang lebih inklusif. 

Moderasi beragama yang mengedepankan nasionalisme juga dapat dilakukan oleh civil society  dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Civil Society dapat mengadvokasi perpaduan nasionalisme yang kuat di samping komitmen terhadap ajaran agama yang moderat. 

Keterlibatan mereka dalam inisiatif pembangunan perdamaian dan pengabdian masyarakat menunjukkan bagaimana keterlibatan masyarakat dapat menjadi hal terpenting dalam memperkuat nasionalisme sekaligus mendorong toleransi beragama. 

Perspektif global tentang topik ini semakin menggambarkan perlunya dialog yang seimbang. Selain Indonesia, di negara-negara seperti Kanada dan Australia, diskusi seputar multikulturalisme menggambarkan bahwa nasionalisme dapat berkembang seiring dengan identitas agama yang beragam. 

Para pemimpin di negara-negara ini telah memperjuangkan kebijakan yang merangkul multikulturalisme, menunjukkan potensi berbagai kelompok untuk hidup berdampingan secara damai di bawah nasionalisme kebangsaan yang beragam.

Ke depan, promosi nasionalisme melalui moderasi beragama tampaknya menjadi jalan potensial menuju stabilitas masyarakat. Pemerintah dan masyarakat sipil harus bekerja sama untuk membangun kerangka kerja yang menekankan dialog, perdamaian, dan pendidikan. 

Pembuat kebijakan harus menyusun strategi pembangunan yang berpijak pada nilai-nilai keberagaman yang saling menghormati identitas agama yang berbeda. Memperkuat prinsip-prinsip demokrasi dan tanggung jawab masyarakat juga akan menjadi yang terpenting. 

Aspek penting lainnya adalah peran media sosial dan teknologi dalam membentuk narasi seputar nasionalisme dan moderasi beragama. Di zaman di mana informasi menyebar dengan cepat, menjadi penting bagi individu dan civil society untuk memanfaatkan platform ini secara bertanggung jawab. 

Upaya untuk melawan narasi negatif seputar nasionalisme harus mencakup penggunaan media sosial untuk mempromosikan kisah hidup berdampingan dan saling menghormati perbedaan. 

Selain itu, melibatkan pemuda dalam wacana nasional melalui program pendidikan dapat menjembatani kesenjangan generasi. Kaum muda, yang seringkali berada di garis depan gerakan sosial, dapat secara signifikan mempengaruhi semangat nasionalisme. 

Melibatkan mereka dalam kegiatan yang mempromosikan moderasi agama dan nasionalisme akan mempersiapkan generasi bangsa berikutnya untuk dunia yang semakin terhubung. 

Oleh karena itu, Menjembatani nasionalisme dan moderasi beragama merupakan tantangan dan peluang kritis bagi masyarakat kontemporer. Upaya bersama untuk membangun narasi yang mendorong koeksistensi dan penghormatan terhadap keyakinan yang berbeda akan menghasilkan hasil yang positif. 

Dengan belajar dari tokoh-tokoh berpengaruh, organisasi yang sukses, dan perspektif global, negara-negara dapat membuka jalan bagi masa depan yang lebih inklusif dan harmonis. 

Potensi sentimen nasionalis yang berakar pada moderasi menghadirkan cara untuk mengurangi perselisihan dan memajukan nasionalisme kolektif. Jalan di depan menuntut kewaspadaan, refleksi, dan upaya bersama saat kita berusaha untuk merangkul realitas dunia kita yang beragam.

***

*) Oleh : Dr. Ahmad Hudri, ST., MAP., Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Probolinggo.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Probolinggo just now

Welcome to TIMES Probolinggo

TIMES Probolinggo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.