TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Kandang kambing milik Imam Syafi’i (39) di Kelurahan Jrebeng Lor, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo, Jatim, tidak seperti kandang pada umumnya. Kandang kambing yang dibuatnya itu bersih dan dimodiv layaknya rak etalase supermarket.
Model kandang kambing milik Imam Syafi’i ini satu-satunya yang ada di Kota Probolinggo. Imam mengatakan akan terus mengembangkan usaha ternaknya itu termasuk menyulapnya menjadi tempat wisata edukasi.
Saat TIMES Indonesia bertandang ke kandang miliknya, Kamis (7/07/22), ia tengah sibuk dan sedang mengawasi dua pekerjanya yang lagi memproses menghancurkan pakan memakai mesin giling.
Ia merawat ternak kambing atau dombanya itu sudah 3 tahun lamanya. Lokasinya di dua tempat, yakni di Jalan Cangkring Gang IV, Kelurahan Kanigaran, Kecamatan Kanigaran dan di jalan yang sama, namun agak ke selatan sekitar 500 meter.
Domba yang ditangani saat ini berjumlah 140 ekor, ada yang siap disembelih dan ada yang masih berusia kurang dari setahun. Menjelang Idul Adha tahun ini, sekitaran 60 ekor domba yang sudah terjual. Diperkirakan jumlahnya akan bertambah, mengingat masih ada sisa waktu.
Kandang kambing milik Imam ini, tampak tak seperti kandang tradisional pada umumnya. Konsepnya, lebih modern terbuat dari besi galvalum yang disekat dengan ukuran 1,5 X 1 meter, ketinggannya dari tanah sekitar 75 cm sampai 100 cm.
Penataannya seperti supermarket. Kandang diletakkan di pinggir dan ada jalan di tengah yang funsinya memberi pakan dan mengontor kambing. Kandang beratap genteng tersebut, tampak bersih dan tidak menyenngat baunya.
Selain karena sering dibersihkan, sehingga tidak ada kotoran kambing yang tersisa, pakan domba alami. Hampir sama sekali tidak menggunakan pakan buatan pabrik atau konsentrat. Pakan alami berupa rumput dan tanaman jagung serta lainnya, lebih diutamakan. Juga memakai dedak padi dan polar dari gandum.
Pria yang memiliki 2 anak ini memilih pakan dari alam, karena domba tidak mudah sakit dan dagingnya lebih enak dibanding memakai pakan konsentrat. Disebutkan, usaha penggemukan dan pembesaran domba yang dikelola, tidak hanya untuk hewan korban. Tetapi juga untuk Aqiqah dab kebutuhan lain.
Mengenai harga, tergantung bobot domba. Rata-rata kambing yang ada dikandangnya harganya diatas Rp 2 juta ke atas.
“Soal harga bisa diatur. Pembeli bisa bayar uang muka Rp 500 ribu. Kalau kambingnya mau diambil, harus dilunasi. Selama masih belum diambil, kambing bisa dititipkan di sini. Kami hitung nanti biaya pakan dan perawatan,” jelasnya.
Saat ditanya, kenapa terjun ke bisnis penggemukan dan perawatan kambing ? ia mengaku tidak terencana. Tiga tahun lalu, kerabatnya meminta kambing untuk dipelihara dengan system bagi hasil. Karena tidak punya pekerjaan dan di rumahnya ada bekas kandang, orang tersbut kemudian dibelikan 10 kambing seharga Rp 10 juta.
“Saat dibelikan, orangnya sakit dan enggak sanggup memelihara kambing. Terus saya bawa pulang. Ya, saya pelihara, karena kalau dijual saya rugi. Yang memelihara masih keluarga,” katanya.
Dalam perjalanan, jumlah domba yang dipelihara bertambah. Jika ada rezeki, Imam membeli kambing hingga bertambah jumlahnya menjadi 20 ekor. Begitu seterusnya hingga saat ini berjumlah 140 ekor.
“Saat jumlahnya 20 ekor, kami buatkan kandang seperti ini. Ini kandang yang kami buat pertama kali,” jelasnya seraya menunjuk kandang yang terbuat dari besi jenis galvalum tersebut.
Seluruh kandang dibikin sendiri dengan bantuan keponakannya yang baru lulus SMA dan tidak pernah membuat kandang besi sebelumnya. Modivikasi dan model kandang didapat dari menonton video Youtube.
“Dulu pernah bikin dari bambu. Delapan bulan rusak keropos. Kalau dari galvalum, ini lebih 2 tahun masih bagus,” tuturnya.
Imam berencana, tempat penggemukan dan perawatan kambing akan disulap menjadi tempat wisata edukasi. Sasarannya kaum pelajar dari tinggat SD hingga SMA. Ia menarget rencananya terwujud 1 tahun ke depan. Mengingat, masih banyak yang harus dipermak dan diperbaiki. Sisa lahan yang kini ditempati pakan dan tempat penggilingan pakan akan dibuat kandang.
“Ya, paling cepat tahun depan. Kan masih kocar-kacir. Nanti kami bikin siswa betah. Sambil berwisata, mereka belajar tentang kambing. Sekalian makan sate di sini. Kami ajari mereka cara menyembelih, menguliti, memotong daging. Sekalian sama bikin sate dan gule,” tandas Imam, pemilik kandang kambing mirip supermarket di Probolinggo tersebut.(*)
Pewarta | : Dicko W |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |