TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Saat sebagian besar politisi muda memilih jalur cepat popularitas, Muchlis, legislator di DPRD Kabupaten Probolinggo, Jatim, memilih jalur sunyi. Jalan sepi itu ia tempa sejak remaja di dapur kawah organisasi kader.
Bagi Muchlis, politik adalah kelanjutan dari pendidikan dan pelayanan. Sebuah praksis yang mengakar kuat pada nilai-nilai yang ia yakini.
Konsistensi inilah yang membuat Muchlis, legislator muda dari Fraksi PKB di DPRD Kabupaten Probolinggo, dianugerahi Anugerah TIMES Indonesia (ATI) 2025 dalam kategori krusial: Pemuda Penggerak Pendidikan dan Aksi Sosial.
Penghargaan ini bukanlah pengakuan atas jabatannya di parlemen. Melainkan apresiasi atas kegigihannya memberikan contoh transformatif.
Muchlis membuktikan bahwa anak muda dapat menjadi motor penggerak perubahan. Mulai dari ruang kelas yang ia pimpin, hingga konflik politik di tengah masyarakat yang ia pecahkan.
Jejak Kader dan Sekolah
Pria kelahiran 1 Maret 1986 ini adalah representasi nyata dari pemimpin yang lahir dari proses kaderisasi yang panjang. Jika dilihat dari rekam jejaknya, sebelum menapaki tangga legislatif, Muchlis adalah seorang pengabdi pendidikan dan penggerak pemuda.
Ia memulai idealisme kepemudaannya dari akar organisasi terbesar di Indonesia. Muchlis pernah menjabat Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama atau IPNU Kabupaten Probolinggo (2006-2008), sebuah organisasi yang menggodoknya dengan kesadaran literasi, kepemimpinan, dan kecintaan terhadap tradisi.
Transisi dari pelajar ke pemuda ia lanjutkan dengan memimpin Gerakan Pemuda atau GP Ansor Kabupaten Probolinggo selama dua periode (2014-2020).
Posisi ini memaksanya berhadapan langsung dengan tantangan sosial dan menguatkan jaringan gerakan di tingkat akar rumput, menajamkan instingnya terhadap kebutuhan komunitas.
Namun, peran sentralnya dalam pendidikan terjadi selama satu dekade. Dari tahun 2011 hingga 2021, Muchlis menjabat sebagai Kepala SMPNU Bantaran, sebuah lembaga pendidikan di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU.
Selama sepuluh tahun memimpin sekolah, ia bukan hanya mengurus administrasi, tetapi juga bertarung dengan keterbatasan sumber daya di lembaga pendidikan yang berdiri 31 Juli 1996 tersebut.
Tujuannya, untuk memastikan anak-anak di Bantaran (tanah kelahirannya) mendapatkan akses pendidikan yang layak.
Pengalaman ini menjadi fondasi filosofisnya. Bahwa pendidikan adalah kunci pembebasan dan pelayanan adalah tugas utama seorang pemimpin. Pengalaman inilah yang disorot ATI sebagai bukti nyata peran Penggerak Pendidikan.
Melawan 'Krisis' Pupuk di Parlemen
Dengan modal spiritual dan manajerial dari pendidikan itu, Muchlis membawa semangat khidmah (pengabdian) ke arena politik. Sebagai anggota Komisi I DPRD dan Ketua Fraksi PKB dari Dapil 5, ia memilih untuk fokus pada isu yang paling menekan masyarakat: masalah pupuk bersubsidi.
Di Kabupaten Probolinggo, kelangkaan dan dugaan permainan harga pupuk telah menjadi masalah tahunan. Melalui inisiasi pembentukan Panitia Kerja (Panja) Pupuk Subsidi di DPRD, Muchlis menunjukkan bahwa ia tidak hanya mengkritik, tetapi menyediakan solusi struktural.
Panja ini didirikan untuk mengawasi dan memberikan rekomendasi kebijakan yang didukung data lapangan.
Sebagai Ketua Panja, Muchlis memimpin rapat dengar pendapat yang intensif dan melakukan investigasi terhadap dugaan permainan harga.
Ini bukan pekerjaan ringan. Sebab ia harus berhadapan dengan jaringan distribusi dan oknum-oknum yang mengambil keuntungan dari penderitaan petani.
Kerja keras ini menghasilkan rekomendasi yang ditujukan kepada pemerintah daerah dan aparat hukum, menuntut penindakan tegas terhadap oknum yang bermain curang. Ini adalah contoh paripurna dari aksi sosial yang dilakukan melalui jalur legislatif.
Adaptif dan Berdaya
Muchlis, yang kini berusia 39 tahun dan lulusan Universitas Brawijaya, memandang penghargaan ini sebagai pemicu, bukan pemberhentian.
"Anugerah yang diberikan TIMES Indonesia, bukan untuk saya, melainkan untuk mereka para pemuda di Kabupaten Probolinggo," ujar Muchlis. Ia melihat penghargaan ini sebagai ruang dan legitimasi untuk menginspirasi angkatan muda.
"Ini sangat berharga dan istimewa, karena telah memberi ruang kepada pemuda pemudi Indonesia. Dengan terlibat langsung, anak muda belajar memahami berbagai tantangan sosial dan cara mengatasinya perkembangan zaman kedepan."
Menurut Muchlis, generasi muda memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif karena mereka adalah aset berharga yang energik, kreatif, dan penuh semangat.
Ia mendefinisikan generasi muda kreatif dan inspiratif sebagai generasi yang mampu berpikir inovatif, adaptif, dan mampu menciptakan solusi melalui berbagai bidang, seperti teknologi, seni, dan sosial.
Muchlis adalah teladan dari tema ATI 2025, Connecting Social Empowerment. Ia berhasil menjadi simpul penghubung (kaderisasi dan pendidikan) yang menghasilkan aksi sosial (solusi krisis pupuk).
Dengan bimbingan yang tepat, ia yakin generasi muda dapat menjadi penggerak utama dalam mewujudkan masyarakat yang lebih peduli, inklusif, dan berdaya.
Muchlis telah membuktikan, bahwa jalur santri yang berakar kuat pada pendidikan dan gotong royong, adalah fondasi terbaik untuk menjadi politisi yang bermanfaat bagi rakyat. (*)
| Pewarta | : Dicko W |
| Editor | : Muhammad Iqbal |