TIMES PROBOLINGGO, JAKARTA – Kesedihan dalam tragedi kemanusiaan akibat Bencana Sumatera banjir dan tanah longsor semakin menjadi, karena jumlah korban meninggal dunia terus bertambah hingga siang ini mendekati 1000, tepatnya 950 orang.
Ada kekhawatiran bahwa jumlah itu akan terus bertambah karena 274 orang masih dinyatakan hilang dan masih ada beberapa daerah yang mengalami kerusakan hebat masih belum terjangkau untuk evakuasi.
Sementara 5000 orang mengalami luka dalam berbagai keadaan mulai dari yang ringan hingga berat.
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Abdul Muhari menyebut tim gabungan terus berupaya keras melakukan pencarian, penyelamatan dan evakuasi.
Dari angka terakhir pagi ini, paling banyak korban meninggal dunia berada di Kabupaten Agam.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Sumatera Barat menyatakan korban meninggal dunia di daerah itu mencapai 181 orang dan 76 korban belum ditemukan.
Abdul Muhari juga menambahkan, BNPB terus menggerakkan barisan relawan untuk mempercepat penanganan darurat di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
Hingga Sabtu (6/12/2025), desk relawan BNPB mencatat 9.558 relawan dari 226 lembaga telah turun langsung ke lapangan.
Mereka tersebar di berbagai titik yang membutuhkan penanganan segera. Mereka terlibat dalam distribusi logistik, pengelolaan dapur umum, operasi pencarian dan pertolongan, pembukaan serta perbaikan jalur yang terputus, pemulihan psikososial, hingga pelayanan kesehatan.
Setiap personel memiliki keterampilan khusus yang dibutuhkan selama fase krisis.
Melalui koordinasi BNPB, para relawan itu dikelompokkan sesuai kapasitas masing-masing agar proses penanganan berjalan efektif dan tepat sasaran.
BNPB bersama unsur pentaheliks juga terus menguatkan mekanisme kolaborasi antar-lembaga, berbagi data, serta mempercepat dukungan logistik dan sumber daya.
Upaya ini penting agar respons kemanusiaan dapat bergerak lebih adaptif menghadapi dinamika kondisi darurat di wilayah terdampak.
Sejak hari pertama hingga kini, penanganan darurat yang diperkuat oleh mobilisasi relawan menunjukkan perkembangan positif, baik dari sisi jumlah lembaga kemanusiaan yang terlibat maupun peningkatan tenaga relawan di lapangan.
Hasil monitoring dan evaluasi kinerja relawan skala nasional dalam 24 jam terakhir mencatat adanya lonjakan signifikan.
Pada 5 Desember 2025, tercatat 9.277 relawan dari 205 organisasi sudah berada di lapangan.
Kemudian pada 6 Desember 2025, jumlah tersebut meningkat menjadi 9.558 relawan dari 226 organisasi bertambah 10,24 persen atau 21 organisasi. Sementara jumlah personel naik 3,03 persen, dari 9.277 menjadi 9.558 relawan.
Secara keseluruhan, perkembangan ini menunjukkan respons kemanusiaan yang semakin terstruktur dan meluas. Mobilisasi yang adaptif membantu menjawab kebutuhan yang kian meningkat seiring memburuknya situasi banjir dan longsor di Sumatra.
Tren kenaikan ini diharapkan bisa memperkuat efektivitas intervensi serta mempercepat pemenuhan kebutuhan para penyintas di masa tanggap darurat.
Hunian Sementara
Ketua BNPB, Letjen Suharyanto mengatakan, total ada 37 ribu lebih rumah-rumah warga di Aceh rusak diterjang bencana.
Hal tersebut disampaikan saat rapat terbatas (ratas) bersama Presiden Prabowo Subianto dan jajaran menterinya di Lanud Sultan Iskandar Muda, Aceh, Minggu (7/12/2025) kemarin.
Suharyanto juga menyampaikan dalam rapat terbatas (ratas) dengan Presiden RI Prabowo Subianto bersama para menteri dan kepala lembaga di Lanud Sultan Iskandar Muda, Aceh tadi malam, tentang hunian sementara (huntara) bagi para korban bencana di Sumatera yang akan dibuat dengan ukuran luas 8x5 meter senilai Rp 30 juta per rumah.
Karena sifatnya sementara, lanjut Suharyanto, hunian sementara ini didesain hanya untuk dihuni selama setahun. Setelah itu warga akan dipindahkan ke hunian tetap yang lebih layak.
Menurut Suharyanto daripada para korban itu tidur di tenda-tenda, lebih representatif mereka tinggal di hunian sementara.
"Luasnya tipe 36, 8x5. Nilai satu hunian sementara sekitar 30 juta rupiah," kata Suharyanto.
Presiden kemudian menanyakan perihal fasilitas di huntara itu.
"Ada WC kamar mandi?" tanya Prabowo.
"Ada di dalam," jawab Suharyanto.
Prabowo pun menilai angka tersebut cukup murah
"Saya kira termasuk murah itu ya. Tipe 36 harga Rp 30 juta," kata Presiden.
Kepada Presiden, Suharyanto juga melaporkan, bahwa Senin (8/12/205) siang ini aliran listrik di seluruh Provinsi Aceh tersambung 100 persen.
Jaringan komunikasi di 15 dari 18 kabupaten/kota di Aceh juga sudah mulai pulih.
Penyebaran logistik juga sudah bisa dilakukan. Hanya saja, distribusi bantuan ini harus terus dipantau karena beberapa daerah hanya bisa dijangkau lewat udara.
"Semua sudah didorong logistik, baik didaratkan maupun menggunakan airdrop. Jadi kami tidak ada lagi yang dilempar ke bawah Pak Presiden," tambahnya.
Tentang anggaran untuk memperbaiki kerusakan akibat bencana banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, Suharyanto menyampaikan perkiraan hingga Rp 51,82 triliun.
Estimasi itu kemungkinan masih bertambah mengingat jumlah korban masih belum mencapai data final dan terus diperbarui setiap harinya.
Diketahui bahwa korban meninggal dunia sampai hari ini mendekati 1000 orang tepatnya 950 orang, 274 orang hilang, 1200 fasilitas umum rusak, 420 rumah ibadah rusak, 199 fasilitas kesehatan rusak, 234 gedung/kantor rusak, 534 fasilitas pendidikan rusak dan 435 jembatan rusak. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Korban Meninggal Bencana Sumatera Mendekati 1000 Orang
| Pewarta | : Widodo Irianto |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |