TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Ketua PWNU Jatim, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin, mengaku takjub dengan banyaknya santri Ponpes Nurul Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo yang belajar ke negeri China.
Hal itu diungkapkan Gus Kikin pada acara peringatan hari lahir ke 102 Nahdlatul Ulama atau Harlah NU, di Ponpes Nurul Jadid, Jumat(24/1/2025) siang.
Pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang itu menyebut hal itu sebagai upaya positif agar santri tidak tertinggal. Apalagi perkembangan di China sangat cepat di segala bidang.
"Santri kita jangan kalah. Harus mampu mengisi pos-pos penting. Jangan di pondok saja. Nanti kita ketinggalan," kata Gus Kikin di hadapan ribuan ulama dan kader NU yang menghadiri acara.
Ia lantas mengutip maqalah yang memerintahkan untuk menuntut ilmu hingga ke Negeri China. Juga perlunya pesantren menjalin komunikasi dengan negara maju tersebut.
Diketahui, Ponpes Nurul Jadid rutin mengirimkan santrinya untuk kuliah di sejumlah perguruan tinggi ke China lewat jalur beasiswa. Gelombang pertama dilakukan sejak tahun 2010.
Sejak saat itu, setiap tahun ada lima hingga belasan santri pondok pesantren di ujung timur Kabupaten Probolinggo itu, yang mendapatkan beasiswa dan belajar ke China.
Di jenjang pendidikan SMA, ada kelas khusus yang mengajarkan santri Ponpes Nurul Jadid belajar Bahasa Mandarin. Bahasa yang digunakan di China atau Tiongkok.
Sejak beberapa tahun terakhir, SMA Nurul Jadid SMA Nurul Jadid, juga dipercaya untuk menggelar ujian HSK (Hanyu Shuiping Kaoshi) dan HSKK (Hanyu Shuiping Kaoshi Kounsu) untuk menguji kemampuan bahasa Mandarin siswa.
Ujian HSK adalah ujian resmi di Tiongkok untuk mengukur kemampuan bahasa Mandarin bagi penutur non-asli. Ujian ini terbuka untuk mahasiswa asing, warga Tiongkok perantauan, dan anggota kelompok etnis minoritas di Tiongkok. (*)
Pewarta | : Muhammad Iqbal |
Editor | : Muhammad Iqbal |