https://probolinggo.times.co.id/
Berita

Perjuangan 3 Sahabat Difabel di Probolinggo: Berkarya, Berdagang, Berbagi Harapan

Selasa, 18 Maret 2025 - 20:03
Perjuangan 3 Sahabat Difabel di Probolinggo: Berkarya, Berdagang, Berbagi Harapan Tiga sahabat difabel. Dari kiri, Sofia, M. Subur, Zulfiqor Ilmiawan. (Foto: Fafa Harowy/TIMES Indonesia)

TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Di sudut simpang tiga, jalan raya tepat di depan Rutan (Rumah Tahanan) Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, sebuah meja kayu menjadi saksi perjuangan tiga sahabat difabel, seorang tunadaksa, Sofia (39), M. Subur (51), dan Zulfiqor Ilmiawan (47).

Di atas meja itu, aneka jajanan tradisional seperti, nogosari, pukis, puding kaca, lemper, hingga kolak kacang ijo, semua tersusun rapi, menanti para pemburu takjil.

Lebih dari sekadar berjualan, mereka membawa kisah inspiratif tentang kegigihan, kerja keras, dan semangat berbagi.

Bangkit dari Keterbatasan

Sofia memulai usaha kulinernya sejak 2014, sepeninggal sang suami. "Waktu itu cuma bisa terima pesanan, atau menitipkan dagangan ke warung-warung terdekat," ujarnya.

Sebagai ibu tunggal dengan keterbatasan fisik, ia tak punya pilihan selain berjuang demi anak semata wayangnya yang kini duduk di bangku SMP.

Perjuangan Sofia tidak berjalan sendiri. Ia mendapat dukungan dari dua sahabatnya. M. Subur, seorang perajin kayu difabel, menyediakan meja tempatnya berjualan. Sementara Zulfiqor, dengan dua tongkat kruk yang membantunya untuk berjalan, sebagai penyedia tempat usahanya.

Selama Ramadhan, dari pukul 01.00 dini hari hingga 09.00 pagi, ia tekun membuat berbagai jajanan dibantu oleh anaknya. "Menunya berubah-ubah supaya pelanggan tidak bosan. Kemarin ada pastel, sekarang ada risol," ujar Sofia.

Sebagian dagangannya ia titipkan di beberapa warung terdekat, sementara sisanya dijual langsung di stand takjil yang ia kelola saat ini.

Di antara aneka jajanan itu, ada beberapa yang menjadi favorit pelanggan, yaitu Lemper, Nogosari, dan Pukis. "Bahkan ada pelanggan Nogosari yang mengaku tak mau beli selain bikinan Sofia," ujar Zulfiqor menanggapi.

Dari rumah kakaknya yang ia tinggali, Sofia diantar oleh Subur yang kebetulan memang tetangganya, menuju stand. Mulai pukul 14.00 hingga 19.30 WIB, dengan ditemani Subur, Sofia menggelar dagangannya.

Harganya cukup terjangkau, berkisar antara Rp3.000 hingga Rp7.000 per picis. Jajanan Sofia laris manis. Rata-rata, 88% dari dagangannya terjual setiap hari. Keuntungan dari usaha ini dibagi secara adil di antara mereka bertiga, sesuai kesepakatan bersama.

Keterbatasan Bukan Halangan

Bagi Sofia, usaha ini bukan sekadar mata pencaharian, tetapi juga wujud pembuktian bahwa ia bisa mandiri.

"Saya ingin usaha ini terus berkembang. Cita-cita saya adalah memiliki usaha katering sendiri," ujarnya optimis.

Zulfiqor pun memiliki harapan serupa. Ia yang hidup seorang diri, selama ini hanya mengandalkan pendapatan dari warung kopi sederhananya. Ia sangat senang bisa saling memberi dukungan.

Sementara itu, Subur, dengan keahliannya sebagai perajin kayu, ingin lebih banyak teman-teman difabel yang berdaya dan mandiri.

"Saya ingin teman-teman dapat terus berkembang. Bukan hanya bertahan hidup, tetapi benar-benar bisa berkarya dan memiliki masa depan yang lebih baik," katanya.

Harapan yang Tak Pernah Padam

Di tengah keramaian jalan, meja kayu sederhana itu bukan sekadar tempat berjualan, melainkan simbol keteguhan hati dan solidaritas.

Ketiga sahabat yang sudah saling kenal sejak tahun 2021 ini, membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkarya demi mencapai cita-cita.

Semangat, ketekunan, dan kebersamaan mampu mengalahkan segala keterbatasan. Mereka tak sekadar mencari rezeki, tetapi juga menanamkan harapan. Bahwa selama ada kemauan, selalu ada jalan untuk maju. (*)

Pewarta : Abdul Jalil
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Probolinggo just now

Welcome to TIMES Probolinggo

TIMES Probolinggo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.