https://probolinggo.times.co.id/
Berita

Hari Raya Karo 2024, Masyarakat Tengger Rayakan Penuh Khidmat

Selasa, 20 Agustus 2024 - 17:58
Hari Raya Karo 2024, Masyarakat Tengger Rayakan Penuh Khidmat Prosesi temu penganti sebagai simbol perwujudan awal mula terbentuknya manusia. (Foto: Rizki Putra Dasti/TIMES Indonesia).

TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Ratusan masyarakat Tengger dari tiga desa di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dengan antusias mengikuti ritual sakral Tari Sodoran pada Selasa (20/8/2024).

Perayaan yang berlangsung di Desa Wonotoro ini merupakan bagian dari Hari Raya Yadnya Karo 1946 Saka, salah satu tradisi penting masyarakat Tengger.

Acara tersebut diikuti tiga desa, yaitu Wonotoro sebagai tuan rumah, Jetak, dan Ngadisari.

Hari Raya Karo dirayakan setiap tahun setelah perayaan Kasada, tepatnya pada bulan kedua kalender Tengger.

Perayaan ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Tengger, terutama dalam menjaga tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

Beragam kegiatan turut memeriahkan acara ini, termasuk Tari Sodoran yang menjadi puncak perayaan Yadnya Karo.

Tarian tersebut memiliki makna spiritual yang kuat bagi masyarakat Tengger, melambangkan asal-usul manusia yang dipercayai berasal dari Sang Hyang Widi Wasa dan akan kembali kepada-Nya.

Pada ritual kali ini, pengantin pria berasal dari Desa Wonotoro, sementara pengantin wanita dari Desa Jetak.

Acara ini dihadiri oleh Pj Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo, Heri Sulistyanto, Kepala Dinas Pariwisata, Heri Mulyadi OP terkait dan disambut oleh sesepuh Tengger, Supoyo. Selain itu, turut hadir perwakilan dari TNI, Polri. 

temu-penganti-2.jpgUpacara Tari Sodoran yang merupakan bagian dari perayaan Karo masyarakat Tengger Bromo Semeru. (Foto: Rizk Putra Dasti/TIMES Indonesia).

Dalam sambutannya, Pj Sekda Kabupaten Probolinggo, Heri Sulistyanto, menjelaskan bahwa ritual perayaan Karo adalah budaya adiluhur yang patut dilestarikan. 

Menurutnya, adat dan tradisi dalam ritual perayaan Karo dimaknai sebagai simbol, khususnya dalam keluarga, menciptakan keharmonisan yang pada akhirnya membawa kebahagiaan dan kesejahteraan.

“Perayaan Hari Raya Karo bukan hanya perayaan religius, tetapi juga manifestasi nilai-nilai spiritual dan budaya yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Tengger," ujar Heri dalam sambutannya.

Selain itu, kegiatan tersebut merupakan cara untuk menjaga dan melestarikan tradisi serta identitas budaya masyarakat Tengger.

Melalui perayaan ini, diajarkan untuk bersyukur, menjaga harmoni dengan alam, serta memperkuat kebersamaan dan persatuan.

"Saya bangga dan mengapresiasi masyarakat Tengger yang hingga saat ini tetap teguh melestarikan tradisi dan kearifan lokal yang adiluhur ini," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Desa Wonotoro, Sarwo Slamet, mengungkapkan jika Hari Raya Karo merupakan simbol cikal bakal lahirnya manusia melalui proses pernikahan.

Tentunya, dengan perayaan ini, kita diingatkan kembali bahwa pada dasarnya kita bukanlah siapa-siapa, sehingga tidak perlu menyombongkan diri.

"Harapannya, kami dapat lebih mengenalkan ritual Tari Sodoran ini, terutama kepada anak cucu kita, agar ke depan tradisi ini tetap lestari," tandasnya. (*)

Pewarta : Rizky Putra Dinasti
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Probolinggo just now

Welcome to TIMES Probolinggo

TIMES Probolinggo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.