TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Di sela rutinitas sebagai kepala keluarga dan pekerja lapangan di sektor konstruksi, Muhammad Muchlisin tak pernah benar-benar meninggalkan dunia musik. Pria kelahiran 14 April 1985 ini masih aktif menulis dan mencipta lagu hip-hop, genre yang sejak lama menjadi jati dirinya.
Warga Kelurahan Patokan, Kecamatan Kraksaan yang kini tinggal di Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, ini akrab disapa Michin. Ia adalah raper sekaligus pencipta lagu yang mengusung tema sosial, budaya lokal, dan motivasi dalam setiap karyanya. Meski tidak bernaung di label besar dan rekaman pun dilakukan secara mandiri, semangatnya tak luntur.
“Kesibukan itu pasti. Tapi anak-anak dan istri saya malah jadi penyemangat. Musik juga jadi ruang saya untuk tetap waras dan produktif,” ujar Michin kepada TIMES Indonesia, Senin (2/6/2025).
Minatnya pada musik tumbuh sejak remaja, ketika ia mulai menghafal lirik lagu dan menulis bait-bait sendiri. Lagu pertamanya, berjudul Bersyukur, menjadi titik tolak perjalanan kreatif yang terus ia tekuni hingga kini.
Michin mengidolakan Saykoji dan Eminem. Dari dua sosok itu, ia belajar bahwa hip-hop bukan hanya genre musik, tetapi juga sarana perjuangan dan penyampai pesan yang kuat. Ia percaya, musik bisa menjadi suara dari pinggiran.
Hingga kini, setidaknya ada sebelas lagu ciptaannya yang telah dirilis, di antaranya: Aola Omong, ngeRAPoteh, Majuhkah Ngopi, Pas Soro Nemmoh, kaRAPojih, Batik Tulis Ronggo Mukti, Menangis Tak Ada Gunanya, Pemuda Bangsa, Narkoba, Bersyukur, dan Madhunten.
Dari semua karya tersebut, Aola Omong menjadi lagu yang paling berkesan bagi Michin. “Ada kedalaman emosional di lagu itu. Kalau suasana hati mendukung, saya bisa menyelesaikan satu lagu dalam satu hari,” ujarnya.
Meski hanya bermodal peralatan rekam sederhana dan waktu yang dicuri di malam hari atau sela-sela waktu istirahat, Michin tetap konsisten. Bagi dia, berkarya bukan soal punya waktu atau tidak, tetapi tentang niat dan kemauan.
“Bukan soal punya waktu atau tidak, tapi seberapa kuat keinginan untuk tetap berkarya meski banyak hal harus dikorbankan,” tambahnya.
Tak hanya memikirkan produksi lagu, Michin kini juga mulai memikirkan sisi legalitas karya. Ia berencana merilis ulang lagu-lagunya dengan aransemen baru, dan mendaftarkannya secara resmi agar mendapatkan perlindungan hak cipta.
“Saya ingin lagu-lagu saya punya lisensi, terdaftar dan dilindungi undang-undang. Tapi memang butuh biaya yang tidak sedikit. Itu salah satu harapan saya ke depan,” tuturnya.
Kiprah Michin tidak main-main. Pada 2008, ia pernah mewakili Jawa Timur dalam lomba rap tingkat nasional di Jakarta. Setelah meraih Juara 1 tingkat provinsi, ia berhasil masuk lima besar di tingkat nasional dan meraih Harapan 5.
Kini, peran sebagai ayah dua anak dan tulang punggung keluarga tidak menghalanginya untuk terus bermusik. Justru keluarga menjadi alasan terbesar untuk tidak berhenti.
“Selama masih ada semangat dan keluarga yang mendukung, saya akan terus berkarya,” pungkasnya dengan senyum yakin.(*)
Pewarta | : Abdul Jalil |
Editor | : Imadudin Muhammad |