TIMES PROBOLINGGO, LUMAJANG – Desa Penanggal di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengabadikan kelestarian lingkungan mereka melalui tradisi Ritual Ruwat Air setiap tanggal 1 Muharram.

Tradisi ini bukan hanya sebuah acara tahunan, tetapi juga simbol kebersamaan dan keharmonisan antara manusia dan alam.

Warga Desa Penanggal berkumpul dengan penuh khidmat di Sumber Mata Air Tirtosari, tempat yang dianggap suci dan penuh berkah.

Mereka memulai hari dengan doa bersama sebagai ungkapan syukur dan perlindungan dari ancaman yang datang.

Acara ini tidak hanya doa bersama, tetapi juga upacara adat seperti Kirab Tumpeng, Ritual Basuh Muka, dan Kembul Bujono.

Setiap upacara memiliki makna mendalam yang menguatkan nilai-nilai kehidupan bersama serta kebersamaan masyarakat Desa Penanggal.

Bambang Hariyanto, salah satu panitia acara, menjelaskan, Ritual Ruwat Air Tirtosari telah menjadi bagian penting dalam mempertahankan tradisi dan rasa syukur atas anugerah air di daerah mereka.

"Ini bukan hanya ritual, tetapi juga pembelajaran bagi kita semua tentang keharmonisan dengan alam dan pentingnya menjaga warisan budaya," ungkapnya.

Ritual Ruwat Air Tirtosari juga merupakan bagian dari Candipuro Culture Festival atau CCF 2024, yang mempromosikan kekayaan budaya dan tradisi lokal Lumajang kepada masyarakat lebih luas. 

Melalui festival ini, Desa Penanggal tidak hanya memperkokoh identitas budaya mereka tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebersamaan kepada generasi muda sebagai bagian dari warisan yang patut dijaga dengan baik. (*)