TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Implementasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat atau STBM di Ponpes Nurul Jadid, memikat tim verifikasi Kementerian Kesehatan RI untuk menjadikan pesantren di ujung timur Kabupaten Probolinggo, Jatim itu, sebagai lokus penilaian.
Rabu (25/6/2025), tim verifikasi pusat berkunjung ke lingkungan pesantren dengan ribuan santri tersebut. Tujuannya, meninjau implementasi STBM yang telah berjalan aktif dan menyeluruh.
Tim verifikasi terdiri dari perwakilan Kemenkes RI, Wahana Visi Indonesia, dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Mereka disambut oleh para pengurus dan santri di halaman utama pesantren.
Kunjungan ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren bukan hanya tempat pendidikan agama, tetapi juga mampu menjadi pelopor dalam membangun budaya hidup bersih dan sehat.
Sekretaris Pesantren, Thohirudin, menyampaikan bahwa amanah sebagai lokasi penilaian STBM menjadi penyemangat bagi seluruh elemen pesantren untuk terus memperbaiki layanan. Khususnya di bidang kesehatan lingkungan dan perilaku hidup bersih.
Salah satu program unggulan yang menjadi sorotan utama adalah pengelolaan bank sampah. Santri dari seluruh asrama secara aktif terlibat dalam pemilahan sampah sejak dari sumber.
Sampah-sampah tersebut kemudian dikumpulkan ke tiga titik bank sampah utama yang dikelola oleh 90 kader lingkungan aktif, hasil dari dua gelombang kaderisasi.
Sampah anorganik bernilai ekonomis dijual kembali untuk menunjang operasional kegiatan. Sedangkan sampah organik diolah menjadi kompos dan eco enzym.
Menariknya, eco enzym yang diproduksi tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga bermanfaat untuk mendukung kesehatan para santri. Mereka juga memproduksi ecobrick sebagai bentuk edukasi kreatif daur ulang.
Pengelolaan ini tidak lepas dari pendampingan teknis oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH), PONI, serta puskesmas. Untuk pengolahan limbah cair, pesantren juga telah menerapkan sistem grease trap di area dapur agar limbah tidak mencemari lingkungan.
Santri juga diberikan edukasi berkala tentang lima pilar STBM, yang mencakup: stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, serta pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Tim Kemenkes RI yang dipimpin oleh Ikha Purwandari, SKM, MKM, bersama Mita Julinartati Sirait, WASH Specialist dari Wahana Visi Indonesia, menyampaikan apresiasi tinggi atas langkah nyata pesantren.
Mereka menyebut Pesantren Nurul Jadid sebagai contoh ideal lembaga pendidikan berbasis komunitas dalam penerapan STBM.
Dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, hadir pula Dwi Setyo Agus, Sulistyaningsih, Joko Sunyoto, M Alim, dan Anton Suyatno, yang mengaku bangga dan berharap Nurul Jadid bisa menjadi rujukan bagi pesantren lain.
Dengan berbagai inovasi tersebut, Pesantren Nurul Jadid membuktikan bahwa pesantren bisa dan mampu menjadi motor penggerak perubahan perilaku hidup sehat, serta pionir pembangunan lingkungan yang bersih, mandiri, dan berkelanjutan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bank Sampah hingga Eco Enzym: Inovasi Hijau Santri Ponpes Nurul Jadid Probolinggo
Pewarta | : Muhammad Iqbal |
Editor | : Muhammad Iqbal |