TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Pengurus abang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Kota Probolinggo bersama Kantor Kementerian Agama (Kemenag) setempat membuat terobosan baru lewat Pendampingan Intensif Sertifikasi Halal. 

Kepala Kemenag Kota Probolinggo, Didik Kurniawan, mengungkapkan program ini digagas untuk memperkuat daya saing UMKM agar mampu menembus pasar global.

“Ini soal daya saing dan kepercayaan. Sertifikat halal sudah jadi passport bagi produk lokal untuk menembus pasar yang lebih luas, bahkan go international,” tegas Didik

Menurutnya, di tangan pelaku UMKM, sertifikat halal bukan hanya kewajiban agama, tapi juga senjata strategis dalam berbisnis.

Klinik Halal untuk UMKM

ISNU menjadi salah satu lembaga yang aktif mensosialisasikan pentingnya sertifikasi halal. Tak hanya sebatas sosialisasi, ISNU bahkan membuka klinik sertifikasi halal sebagai ruang pendampingan bagi para pelaku usaha.

Ketua ISNU Kota Probolinggo Indah Yuliati mengatakan, keberadaan klinik ini adalah bentuk khidmat nyata ISNU untuk umat.

“ISNU tidak hanya hadir di mimbar-mimbar, tapi juga di tengah denyut nadi perekonomian umat,” ujarnya, Saat dikonfirmasi, Selasa (14/10/2025)

Ia juga menyebut, ISNU ingin memastikan akses sertifikasi halal bisa diraih semua kalangan, termasuk pelaku usaha kecil dengan modal terbatas.

Dapat Dukungan PCNU

Sinergi ISNU dan Kemenag ini mendapat dukungan penuh dari PCNU Kota Probolinggo. Ketua PCNU, H. Arbai Hasan, menilai kolaborasi semacam ini adalah masa depan pemberdayaan umat.

“Membangun ekosistem halal yang kuat butuh lebih dari sekadar regulasi. Harus ada pendekatan kultural dan pendampingan yang tulus,” katanya.

Dalam kegiatan sosialisasi itu, ISNU juga menghadirkan Muhammad Arifiyanto, Pendamping Proses Produk Halal (P3H) dari Lembaga Solusi Halal (LSH) PW ISNU Jawa Timur, untuk memperdalam pemahaman teknis bagi peserta.

Kolaborasi strategis ini menjadi langkah nyata mengubah sertifikasi halal dari sekadar proyek administratif menjadi gerakan kolektif. Harapannya, bisa mendongkrak martabat dan daya saing produk lokal.

Jika selama ini Kota Probolinggo dikenal sebagai Kota Mangga dan Anggur, bukan mustahil ke depan akan dikenal pula sebagai kota dengan ekosistem industri halal yang inklusif dan mengakar berawal dari pendampingan yang menyentuh langsung dapur produksi UMKM. (*)