TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Seorang lansia asal Kelurahan Semampir, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mengaku menjadi korban pengeroyokan oleh dua remaja pada Sabtu (29/3/2025) malam.
Meski laporan telah disampaikan ke Polsek Kraksaan malam itu juga, hingga pertengahan Mei 2025 atau dua bulan sejak kejadian, belum ada kepastian hukum yang dirasakan oleh pihak korban. Korban pun menuntut keadilan.
Korban bernama Misnawan (75), dikenal warga sebagai penjaga keamanan di sekitar wilayah Pasar Semampir dan Pondok Arrofi’iyah. Ia menuturkan, kejadian itu bermula saat ia hendak menyalakan lampu di rumah anaknya sekitar pukul 21.00 WIB. Rumah tersebut terletak di dekat area persawahan di belakang pasar.
“Saya lihat ada dua anak muda, saya tanya baik-baik, ‘Nak, kenapa lampu ini kok mati?’ Salah satu dari mereka jawab, ‘Loh, bukan saya yang matikan. Kamu siapa?’” ujar Misnawan menirukan percakapan malam itu.
Karena merasa janggal ditanya balik oleh orang tak dikenal, Misnawan pun menanggapi, “Loh, keliru nak, saya yang seharusnya tanya, kamu siapa, orang mana?” Namun respons itu justru membuat dua remaja tersebut marah dan menyerangnya.
Menurutnya, salah satu pelaku berinisial M.B. langsung memukul, mendorong ke tembok, dan mencekiknya. Sementara pelaku lainnya, berinisial R.T., ikut menyerang dan mengancam akan membunuhnya.
“Setelah saya bilang, ‘Nak, jangan main pukul, saya ini orang tua,’ mereka malah makin kasar. Saya dipukuli pakai kayu balok. Kepala saya berdarah, tangan kiri saya robek. Saya sempat berpikir saya akan mati malam itu,” ucap Misnawan.
Dalam kondisi terdesak dan terluka, ia mencoba meredakan situasi dengan meminta maaf. “Saya bilang, ‘Ya sudah, saya yang salah, saya minta maaf,’ lalu saya menjauh. Tapi mereka masih terus mengancam,” kisahnya.
Karena khawatir pelaku melarikan diri, Misnawan akhirnya berteriak “maling!” Namun teriakan itu justru membuat kedua pemuda semakin agresif.
“Dia bilang, ‘Berani kamu teriak maling? Kamu akan saya bunuh!’ Saya lari ke utara, sambil mencari air untuk cuci darah di muka saya. Tapi mereka tetap mengejar, sambil bilang, ‘Ayo, sini, berkelahi sekalian mati!’” ujarnya. Saat itu, penglihatannya mulai kabur akibat pukulan.
Dari keterangan Misnawan, warga sekitar yang mendengar keributan mulai berdatangan. Ketua RT dan RW setempat segera menghubungi petugas Polsek Kraksaan. Dua anggota polisi, Wayan dan Slamet, tiba di lokasi dan membawa korban serta dua terduga pelaku ke RSUD Waluyojati Kraksaan.
Anak korban, Achmad Kusairi, yang mengetahui kejadian tersebut segera membuat laporan ke Polsek Kraksaan malam itu juga. Korban langsung divisum sebagai bagian dari proses penyelidikan.
Namun hingga dua bulan sejak kejadian, belum ada tindak lanjut yang jelas dari pihak kepolisian.
“Saya tidak menuntut uang. Biaya pengobatan saya bisa tanggung sendiri. Saya hanya ingin keadilan ditegakkan. Supaya kejadian seperti ini tidak terulang,” tegas Misnawan.
Menurutnya, bahkan pihak keluarga pelaku pun mempertanyakan lambatnya penanganan oleh aparat penegak hukum.
“Kerabat pelaku juga sempat bilang, sudah dua bulan sejak kejadian, kenapa masih belum ditangkap juga. Saya lihat pelaku juga masih bebas berkeliaran,” ujarnya.
Menanggapi hal ini, Kanit Reskrim Polsek Kraksaan, Iptu Djuwantoro Setyo Wadi, membenarkan bahwa kasus tersebut merupakan dugaan pengeroyokan.
“Itu memang kasus pengeroyokan. Kami sudah mengirimkan surat panggilan sebanyak dua kali kepada para terduga pelaku, namun keduanya mangkir dan tidak datang,” kata Setyo saat dikonfirmasi, Selasa (13/5/2025).
Ia menegaskan bahwa kasus ini masih dalam proses dan akan tetap ditindaklanjuti sesuai prosedur hukum.(*)
Pewarta | : Abdul Jalil |
Editor | : Muhammad Iqbal |