TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Ada jalan kecil di Dusun Kapasan, Desa Pajarakan Kulon, Kecamatan Pajakaran, Kabupaten Probolinggo, Jatim, yang dulu hanya dikenal oleh mereka yang berani. Gelap, sepi, dan sunyi.
Jalan itu menjadi saksi bisu orang-orang yang pulang dengan langkah ragu. Karena gelap bukan hanya soal cahaya, tapi juga soal rasa aman.
Kini, suasana itu perlahan berubah.
Tiga lampu solar cell berdiri tegak di tepi jalan. Tak besar, tak mewah. Tapi cukup untuk menghalau rasa takut. Cukup untuk memberi arah.
Dipasang dalam waktu tiga hari, dari 28 sampai 31 Maret 2025, lampu-lampu ini hadir setelah sekian lama menjadi pembicaraan warga. Anggarannya tak besar, sekitar Rp 5 juta per lampu, bersumber dari Dana Desa. Tapi dampaknya? Tak ternilai.
“Dulu gelap sekali. Kalau malam, kasihan warga yang mau ke sungai. Apalagi yang sudah tua. Sekarang alhamdulillah, sudah mulai terang,” ujar Udin, warga Kapasan, sambil menatap lampu baru di atas kepalanya.
Dulu, warga mengandalkan lampu yang dipasang swadaya, namun aliran listriknya masih bergantung ke rumah warga.
"Beberapa titik menyala, tapi tak selalu bisa diharapkan. Kalau pemilik rumah pulang kampung, lampunya ikut mati. Jalan pun kembali gelap, seperti sebelumnya," jelas Udin.
Udin tahu persis, gelap itu menyimpan banyak cerita. Pernah, katanya, maling motor kabur lewat jalan selatan, jalan aspal di Dusun Bawangan, melewati jalur sawah yang tembus ke Desa Karanggeger. Orang-orang tak dikenal sering muncul di sana. Dan ketika malam datang, semuanya terasa seperti teka-teki yang tak ingin dijawab.
Kini, ketika lampu menyala, arah jadi lebih jelas. Rasa takut perlahan berubah jadi keyakinan.
“Jalan ke sawah sekarang lebih aman. Dulu hanya bias lampu rumah warga. Sekarang, terang,” tambah Nawawi, salah satu warga lainnya yang hampir setiap malam melintasi jalan itu memantau sawahnya.
Anas, Kepala Desa Pajarakan Kulon, dalam keterangannya, menyebut jumlah penduduk Dusun Kapasan sekitar 700 jiwa dari total 3.600 warga se-Desa Pajarakan Kulon.
“Mayoritas warga kami adalah petani. Kami ingin desa ini terus berkembang, tidak hanya terang secara fisik, tapi juga secara masa depan,” harapnya.
Tak hanya soal lampu. Desa ini juga membangun ruang pelayanan dengan anggaran Rp 25 juta. Dikerjakan selama seminggu, 24 hingga 30 April. Sederhana, tapi fungsional. Bukti bahwa pelayanan publik tak harus dibangun dengan gedung tinggi, cukup dengan niat yang bersih.
Bambang, Sekcam Pajarakan, menyebutkan hasil monitoring menunjukkan pelaksanaan sudah 100 persen. "Semua berjalan sesuai rencana," singkatnya, saat monitoring dan evaluasi (monev) di kantor desa setempat.
Dusun Kapasan mungkin bukan halaman depan kota. Tapi dari tempat seperti inilah, perubahan lahir diam-diam, perlahan, tapi pasti. Tiga lampu, satu ruang pelayanan, dan segenggam harapan yang menyala lebih terang dari sebelumnya.
Karena pembangunan sejatinya bukan soal angka dan proyek, tapi tentang menjawab kebutuhan yang selama ini nyaris luput dari perhatian.
Tentang mengubah gelap menjadi terang. Tentang menghadirkan rasa aman yang tak bisa dihitung dengan rupiah. Tentang satu lagi kabar baik dari Probolinggo. (*)
Pewarta | : Abdul Fatah Harowy |
Editor | : Muhammad Iqbal |