TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Pemerintah Provinsi Jawa Timur, terus menggencarkan upaya memperkuat kerukunan dan mencegah potensi konflik sosial. Bukti dari upaya ini adalah gelaran Kenduri Kebhinekaan bertema “Penguatan Kebhinekaan di Lingkungan Masyarakat” yang diadakan di Hotel Kampoeng Kita, Desa Condong, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jumat (22/11/2025).
Kegiatan ini ditujukan untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga persatuan, serta meningkatkan kemampuan warga dalam menyikapi perbedaan dan informasi di ruang digital. Acara menghadirkan berbagai narasumber dari kalangan pemerintah dan tokoh daerah.
Kabid Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Bakesbangpol Jatim, Doni Nugroho Susanto, menegaskan bahwa Jawa Timur memiliki posisi strategis sebagai salah satu gerbang baru Nusantara.
“Jawa Timur memiliki SDM yang kreatif dan inovatif, didukung lembaga pendidikan berkualitas, serta infrastruktur yang memadai seperti 7 bandara, 37 pelabuhan, dan 12 ruas jalan tol,” ungkapnya.
Sementara itu, anggota Komisi A DPRD Jawa Timur, Soemarjono, menyoroti bahwa keberagaman adalah kekuatan bangsa. Ia menjelaskan bahwa kebhinekaan mencakup keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan yang telah menjadi identitas masyarakat Indonesia.
“Prinsip Bhinneka Tunggal Ika – berbeda-beda tetapi tetap satu – menjadi pilar utama dalam menjaga keharmonisan di tengah keragaman yang ada,” katanya.
Soemarjono, juga memaparkan tantangan kebhinekaan di era modern, seperti polarisasi sosial, perbedaan pandangan yang semakin tajam, dan echo chambers di media sosial. Selain itu, kesenjangan ekonomi juga berpotensi memicu kecemburuan dan konflik antarkelompok. “Hoaks dan disinformasi yang mudah menyebar juga bisa memecah belah persatuan bangsa,” tambahnya.
Ketua Persatuan BPD Kecamatan Tiris, Busar, menyampaikan materi tentang peningkatan toleransi di era digital. Ia mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dalam menerima informasi di tengah kemajuan teknologi.
“Jangan mudah terpengaruh oleh konten negatif atau provokatif. Gunakan literasi digital untuk menyebarkan nilai-nilai toleransi dan moderasi, bukan kebencian,” jelasnya. (*)
| Pewarta | : Dicko W |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |