TIMES PROBOLINGGO, JAKARTA – Teknologi telah membuat hidup lebih mudah, memungkinkan kita terhubung dengan dunia hanya dalam hitungan detik. Namun, kemudahan ini juga membawa ancaman besar, terutama saat Anda menggunakan Wi-Fi publik tanpa berpikir panjang.
Dikutip dari reader diggest, Weiging Sun, PhD, pakar keamanan siber dan profesor ilmu komputer di Universitas Toledo menjelaskan, jaringan Wi-Fi terbuka memiliki risiko keamanan yang sangat besar. Yang lebih mengkhawatirkan, banyak pengguna tidak menyadari bahwa perangkat mereka sudah otomatis terhubung ke jaringan Wi-Fi publik, sehingga data mereka bisa dengan mudah disusupi peretas.
Berikut delapan hal harus Anda hindari jika menggunakan Wi-Fi publik:
1. Menghubungkan Perangkat Secara Otomatis
Salah satu risiko terbesar saat menggunakan Wi-Fi publik adalah perangkat yang terhubung secara otomatis tanpa disadari. Weiging Sun, PhD, pakar keamanan siber dan profesor di The University of Toledo College of Engineering, memperingatkan bahwa pengguna sering kali tidak sadar bahwa perangkat mereka sudah tersambung ke jaringan yang tidak aman.
Sebagian besar ponsel memang memiliki fitur koneksi otomatis ke jaringan Wi-Fi, tetapi ini membuka peluang bagi peretas untuk mencuri data Anda. Solusinya? Matikan fitur koneksi otomatis pada perangkat Anda dan selalu cek jaringan sebelum tersambung.
2. Menghubungkan Perangkat Tanpa Mengecek Keamanan Jaringan
Meski sudah menonaktifkan koneksi otomatis, Anda tetap harus berhati-hati dalam memilih jaringan yang akan digunakan. Peretas bisa dengan mudah membuat hotspot Wi-Fi palsu yang tampak seperti jaringan resmi, seperti Starbucks-guest-wifi-1, untuk menjebak pengguna.
Sebelum terhubung, pastikan jaringan tersebut benar-benar resmi dan bukan jebakan. Tanyakan kepada petugas atau staf tempat Anda berada untuk memastikan nama Wi-Fi yang benar.
3. Melakukan Transaksi Keuangan
Jangan pernah melakukan transaksi keuangan, seperti akses perbankan online atau pengisian data pajak, saat menggunakan Wi-Fi publik. Alan Brill, pakar keamanan siber dari Kroll’s Cyber Risk, menjelaskan bahwa peretas dapat menggunakan teknik man-in-the-middle attack untuk menyadap semua aktivitas Anda, termasuk mencuri informasi kartu kredit dan kredensial bank.
Jika memang perlu melakukan transaksi online, sebaiknya gunakan jaringan pribadi atau koneksi melalui VPN (Virtual Private Network) agar data tetap terlindungi.
4. Menggunakan Kata Sandi di Situs yang Tidak Aman
Hindari masuk ke akun yang memerlukan username dan password saat menggunakan Wi-Fi publik. Brian Lapidus, pakar keamanan dari Kroll’s Identity Theft and Breach Notification, mengingatkan bahwa meskipun situs tersebut mengenkripsi kata sandi, peretas masih bisa menyadap informasi sebelum enkripsi dilakukan.
Untuk mencegah kebocoran data, gunakan autentikasi dua faktor (2FA) dan, jika memungkinkan, aktifkan login biometrik untuk keamanan ekstra.
5. Berbelanja Online
Menemukan diskon menarik memang menggoda, tetapi sebaiknya tunda transaksi hingga Anda berada di jaringan yang aman. Lance Thompson, pakar strategi bisnis, menjelaskan bahwa saat checkout, informasi pribadi seperti alamat email, nomor kartu kredit, dan kata sandi dikirim melalui internet.
Bahkan di situs yang aman sekalipun, peretas bisa menggunakan software keylogger untuk mencuri data Anda. Jadi, sebaiknya lakukan transaksi hanya melalui jaringan pribadi.
6. Mengakses Data Pekerjaan
Bekerja dari mana saja memang menyenangkan, tetapi hindari mengakses email kantor, software manajemen pelanggan, atau sistem akuntansi perusahaan melalui Wi-Fi publik. Menurut Brill, jika peretas berhasil mendapatkan akses ke akun bisnis Anda, mereka bisa menyebabkan kerugian finansial yang besar.
Jika memang harus bekerja di tempat umum, pastikan Anda menggunakan VPN atau jaringan seluler pribadi agar data tetap aman.
7. Membuka Email Pribadi
Tak hanya email kantor, email pribadi juga bisa menjadi sasaran peretasan. Burton Kelso, pakar teknologi dari Integral Computer Consultants, menjelaskan bahwa peretas dapat menyadap ketikan Anda secara real-time dan mencuri kredensial akun email.
Ingat, banyak orang menggunakan email sebagai tempat penyimpanan informasi penting, seperti tagihan, kontrak, dan dokumen pribadi. Jadi, hindari mengaksesnya melalui jaringan publik!
8. Mengunjungi Situs Tanpa HTTPS
Saat menjelajah internet, selalu perhatikan apakah situs yang Anda akses menggunakan HTTPS. Lapidus menyarankan agar Anda hanya mengunjungi situs yang memiliki ikon gembok di bilah alamat, karena ini menandakan adanya enkripsi yang melindungi komunikasi Anda.
Jika sebuah situs tidak memiliki HTTPS, semua informasi yang Anda masukkan bisa ditransmisikan dalam teks terbuka dan mudah disadap oleh peretas. Jadi, jangan abaikan peringatan keamanan dari browser Anda!
Dengan memahami risiko-risiko di atas dan menerapkan langkah pencegahan yang tepat, Anda bisa tetap menikmati konektivitas internet tanpa mengorbankan keamanan data pribadi. Selalu waspada dan gunakan Wi-Fi publik dengan bijak. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: 8 Hal yang Harus Dihindari Saat Menggunakan Wi-Fi Publik
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |