TIMES PROBOLINGGO, MALANG – Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) merayakan HUT ke-93 dalam tema besar persatuan dalam kebermanfaatan. Dalam perayaan hari jadi yang hampir satu abad ini, pentingnya dalam mengenal sejarah GKJW.
Ketua Pelayanan Harian Majelis Agung GKJW, Pdt. Natael Hermawan Prianto, MBA mengatakan, peringatan HUT GKJW ke-93 ini, menjadi refleksi mendalam atas perjalanan panjang yang penuh makna. Dimana, perjalanan ini menjadi kesaksian iman dan kerja keras para pendahulu yang dipimpin oleh kasih kristus.
"Melalui perayaan ini, kita diajak untuk menyusuri kembali lima babak penting dalam sejarah GKJW. Dimana, tonggak-tonggak yang telah membentuk identitas kita sebagai gereja yang melayani dengan kasih kristus," ujar Natael, Minggu (8/12/2024).
Dalam sejarah lima babak perjalanan GKJW ini, tentu sarat makna dan menginspirasi semua untuk terus melayani sesuai kasih kristus.
Di mana, lima peristiwa penting dalam perjalanan sejarah GKJW ini, dimulai dari pelayanan Zending dan Zendeling di berbagai pelosok Pulau Jawa.
"Mereka yang tergabung dalam badan pekabaran injil bernama NZH dan Jawa Commite ini, menghadapi berbagai macam rintangan dan perjuangan mereka tidak mudah. Mereka harus menghadapi berbagai tantangan sosial, budaya dan ekonomi di tengah masyarakat," ungkapnya.
Kemudian, pada 15 Oktober 1931 dimana berdirinya Majelis Agung dan Penyerahan UU dari NZG dimulai dalam konferensi Zendeling.
Sinode (Majelis Agung) dibentuk dari perwakilan pasamuwan-pasamuwan untuk menerima penyerahan tugas dan NZG sebagai penuntun pasamuwan Kristen Jawa di Jawa Timur.
Setelah itu, penguatan dalam mengajukan badan hukum dilakukan di tahun yang sama dan pengakuan resmi dari pemerintah serta lahirlah GKJW tertanggal 14 Agustus 1933.
Tak hanya dari situ saja, pada masa pendudukan Jepang sejak 1942 hingga 1945, membuat runyamnya keadaan GKJW.
Para zendeling (Guru Kadiwasan) terusir dari GKJW. Akibatnya Gereja Kristen Jawi Wetan berjalan dengan tidak menentu arahnya, seperti tanaman merambat yang kehilangan lanjarannya.
Keadaan Pasamuwan-pasamuwan kacau bahkan ada pasamuwan yang mati. Banyak di antara Para Guru Injil yang bingung mencari hidup dan pembenaran sendiri- sendiri dengan membentuk gereja (sinode) tandingan bernama Raad Pasamuwan Kristen (RPK), maksudnya untuk menyelamatkan diri.
Akibatnya muncul rasa saling curiga di antara para Guru Injil. Ada Guru Injil yang sibuk mencari hidup sendiri, sehingga tidak menghiraukan Pasamuwannya. PPMA harus mencari dana ke Pasamuwan-pasamuwan yang masih tegak dan kuat untuk mendukung eksistensi penyelenggaraan gereja.
"Namun, ketika pendudukan Jepang berakhir, kekacauan di GKJW tidak serta merta pulih sepenuhnya. Setelah kedatangan Ketua MA Pdt Dirja Mestaka kembali dari penjara pada bulan September 1945, muncul kesadaran dari para guru injil untuk kembali berkumpul di dalam rumah besar GKJW," jelasnya.
Melihat sejarah panjang ini, harapan ke depan di perayaan HUT ke-93 ini menjadi simbol keindahan dan tanggung jawab.
"Di mana kita harus menjaga, mengembangkan dan melanjutkan pelayanan gereja ini. Cahaya kristus yang mereka wariskan adalah harapan yang harus kita jaga bersama agar GKJW tetap menjadi gereja yang hidup dan bermakna bagi sesama," ucapnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Rayakan HUT ke-93, Mari Mengenal Sejarah Penting GKJW
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ronny Wicaksono |