TIMES PROBOLINGGO, MALANG – Mengangkat tema Kopi Lereng Kawi, Festival Kopi Nusantara II 2024 di Desa Jambuwer, Kromengan Kabupaten Malang kemarin menjadi ajang yang sangat penting, terutama bagi petani kopi dan produsen komoditi kopi wilayah sekitar.
Dengan berbagai rangkaian acara yang digelar, Festival Kopi dari Lereng Kawi Kabupaten Malang ini mendorong sebuah ekosistem kopi yang bisa saling menguntungkan. Termasuk mengurai berbagai masalah terkait kopi sejak budidaya dan pascapanen, sampai prospek penjualannya.
Salah satu peserta Festival Kopi Nusantara II yang juga owner produsen Kopi Mbah Bongso asal Desa Babadan, Ngajum, Kabupaten Malang, Ali Murtadlo menyatakan banyak mendapat manfaat dari acara yang diikutinya ini.
"Acara seperti ini banyak manfaat bagi kami, karena bisa belajar, menambah wawasan dan pengalaman baru terkait kopi. Juga, bisa mempertemukan petani, produsen, dengan penikmat dan konsumen kopi," terang Ali, Sabtu (7/12/2024).
Dikatakannya, acara festival serupa juga pernah dia ikuti di tahun pertama. Karena itu pula, Ali berharap acara yang sama dapat rutin digelar dan bisa diselenggarakan di wilayah produksinya sendiri, di Babadan, Ngajum.
Sebagai produsen, Ali juga cukup memahami banyak hal tentang kopi khususnya di Lereng Kawi, mulai potensi, kendala dan tantangan budidaya oleh petani, hingga proses bisnis dan penjualannya.
Menurutnya, sejak pertama menjalankan usaha produksi kopi pada 2019 silam, didapati komoditi kopi punya proses tingga dengan harga jual terus meningkat.
"Awalnya, di tahun 2019, harga dari petani kami beli di kisaran kisaran Rp 60-62 ribu/kg, dari semula hanya Rp 22 ribu/kg. Kami kasihan petani. Namun, setahun terakhir sudah ganti harga, menjadi Rp 70 sampai 72 ribu per kilogram dari petani. Bahkan, sekarang sedang ditunggu harga sampai Rp 80 ribu/kg," terangnya.
Pihaknya sendiri punya setidaknya 5 mitra usaha kafe atau kedai kopi, dengan kebutuhan rata-rata 1 kwintal kopi tiap bulan. Kopi yang diambil biasanya masih berupa biji green bean.
Selain itu, kata Ali, pihaknya juga kerap memenuhi kebutuhan bijih kopi perusahaan produk kopi seperti halnya Asal Jaya di Dampit, Kabupaten Malang. Namun, harga jual kopinya selisih lebih murah dibanding harga dari petani kopi.
Festival Kopi Nusantara II Lereng Kawi 2024 sendiri digelar dengan dukungan Dirjen Kebudayaan Kementeria Kebudayaan RI, juga Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Malang.
Kepala Pusat Studi Pengurangan Risiko Bencana dan Riset Desa dari Universitas Raden Rahmat Malang, Muhammad Imron menjelaskan Festival Kopi Nusantara II Lereng Kawi 2024 ini digelar dengan beberapa tujuan dan sasaran.
Di antaranya, mempromosikan kopi lokal dan produk unggulan, memberdayakan ekonomi masyarakat lokal, sekaligus meningkatkan edukasi tentang kopi dan budaya lokal.
Menurutnya, inisiatif festival ini adalah agenda tahunan yang berkelanjutan, untuk mendorong partisipasi dan kolaborasi antarpelaku eskosistem kopi dan seni budaya, seperti topeng panji.
”Itu adalah target dari tujuan jangka pendek dari festival kopi ini. Tujuan jangka panjangnya, agar menjadi inisiasi untuk meningkatkan daya tarik wisata Lereng Kawi Experiental Tourism,” terangnya.
Gagasan Experiental tourism ini, lanjutnya, adalah upaya untuk menyatukan beragam potensi kopi yang dimiliki oleh desa-desa di kawasan Lereng Kawi. Di antaranya, Desa Balesari, Desa Jambuwer, Desa Babadan dan lainnnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Festival Kopi Nusantara II, Angkat Prospek Kopi Lokal via Ekosistem Kopi Lereng Kawi
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Ronny Wicaksono |