TIMES PROBOLINGGO, WONOSOBO – Kabupaten Wonosobo resmi menapaki usia dua abad dengan perayaan kolosal yang memadukan kekayaan tradisi, pertunjukan spektakuler, dan semangat kebersamaan warga.
Selama lebih dari satu bulan, lebih dari 30 acara diselenggarakan dalam dua kategori utama—acara inti dan acara pendukung—sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan kebudayaan lokal.
Tema besar 'Dwi Abad Wonosobo, Kukuh Ing Tembayatan, Unggul Ing Samukawis, Tumuju Wonosobo Raharjo Adil lan Makmur' menjadi dasar dari seluruh rangkaian yang telah berlangsung sejak akhir Juni lalu.
Dimulai dari prosesi sakral Pasrah Tampi Panji, perayaan ini menelusuri akar sejarah Wonosobo melalui ziarah ke makam para pendiri, pengambilan air suci dari enam tuk sakral, hingga pagelaran budaya di setiap kecamatan.
"Perayaan ini melibatkan semua elemen masyarakat, acara juga dikemas semegah mungkin. Tujuannya tentu agar momentum hari jadi kali ini menjadi media untuk tradisi dan sejarah, juga kegembiraan masyarakat Wonosobo," tutur Kepala Disparbud Wonosobo, Agus Wibowo.
Puncaknya digelar hari ini, Kamis, 24 Juli 2025, di Alun-Alun dan Pendopo Kabupaten Wonosobo. Ribuan warga memadati pusat kota sejak pagi untuk menyaksikan ritual Pisowanan Agung, tradisi cukur rambut gimbal, serta berbagai pentas seni rakyat yang menghidupkan suasana dengan irama lokal khas pegunungan.
Salah satu atraksi paling ditunggu-tunggu adalah terjun payung dari langit Wonosobo. Tim profesional dari TNI Angkatan Udara meluncur dari ketinggian sambil membawa bendera Merah Putih serta lambang resmi daerah, menciptakan momen visual yang menggugah rasa bangga dan kebersamaan warga.
Kegiatan pendukung pun tak kalah ramai. Wonosobo Wedding Expo, Java Balloon Attraction, Festival Gumebyar Kalikajar, Festival Rakyat Kaliwiro, hingga pertandingan sepak bola wanita (Galanita) meramaikan sisi hiburan dan interaksi lintas generasi.
Berbagai layanan publik seperti Adminduk Mobile dan pemeriksaan kesehatan gratis juga tersedia, memperluas cakupan manfaat dari perayaan ini.
Tak hanya menjadi ruang selebrasi, dua abad Wonosobo juga diisi dengan refleksi spiritual. Prosesi Bedhol Kedhaton, Topo Bisu, doa lintas iman Hastungkoro, dan Birat Sengkolo yang dilaksanakan sehari sebelumnya menjadi wujud kontemplasi kolektif atas perjalanan kabupaten yang terletak di antara dua gunung ini.
Sebagai penutup dari seluruh rangkaian, konser artis nasional akan digelar pada 2 Agustus, disusul oleh Opera Historia De Sabha pada 9 Agustus sebagai klimaks dramatis dari narasi dua abad yang dibangun dengan kerja keras dan kebersamaan.
Perayaan Hari Jadi ke-200 ini bukan sekadar pesta tahunan, melainkan momentum kebangkitan identitas Wonosobo, yaitu sebuah daerah yang tumbuh dari akar tradisi, namun kini melangkah dengan visi masa depan yang inklusif dan progresif. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Atraksi Langit dan Ritual Adat Warnai Puncak Perayaan Dwi Abad Kabupaten Wonosobo
Pewarta | : Mutakim |
Editor | : Ronny Wicaksono |