TIMES PROBOLINGGO, PROBOLINGGO – Dinas Kesehatan atau Dinkes Kabupaten Probolinggo, Jatim, memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2025 dengan Peningkatan Kapasitas bagi Pengelola Program Tuberkulosis atau TBC, Kamis (24/7/2025).
Digelar di Pantai Wisata Bentar, penguatan kapasitas bertujuan untuk memperkuat kapasitas layanan TBC dari aspek penemuan hingga pengobatan kasus. Sehingga Pemkab Probolinggo mampu eliminasi TBC pada 2030.
Kegiatan ini diwarnai dengan senam pagi dan berbagai permainan outbound yang bertujuan mempererat kerja sama tim dan memperkuat motivasi para peserta. Suasana penuh semangat terlihat dari antusiasme para peserta dalam mengikuti setiap sesi.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo yang diwakili oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr. Nina Kartika, M.MKes.
Dalam sambutannya, dr. Nina menegaskan pentingnya kolaborasi dan peningkatan kompetensi para tenaga kesehatan dalam upaya menekan angka kasus TBC.
“Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkuat kapasitas layanan TBC dari aspek penemuan hingga pengobatan kasus. Saat ini, kami telah menemukan 1.750 kasus TBC. Harapan kami, angka ini terus menurun dan eliminasi TBC di Kabupaten Probolinggo bisa tercapai pada 2030,” ujarnya.
Saat ini, Kabupaten Probolinggo tercatat sebagai daerah dengan angka penemuan kasus TBC tertinggi keempat di Jawa Timur.
Menurut dr. Nina, semakin tinggi angka penemuan kasus, maka semakin besar peluang untuk pengobatan, yang berarti satu langkah lebih dekat menuju eliminasi.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Wasor TBC Dinkes Kabupaten Probolinggo, S. Trisnoharini, S.Kep., Ns., yang akrab disapa Yeni.
Ia menekankan bahwa keberhasilan pengendalian TBC tidak lepas dari kerja sama lintas sektor, terutama sinergi antara pengelola program, kader, dan ATLM yang menjadi ujung tombak penanganan.
“Pengobatan TBC tidak hanya untuk pasien, tapi juga bagi kontak serumah melalui Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Sementara pasien aktif mendapat OAT atau Obat Anti Tuberkulosis,” jelas Yeni.
Yeni menambahkan, pengobatan TBC Sensitif Obat (SO) berlangsung selama 6 bulan. Sedangkan TBC Resisten Obat (RO), yang sebelumnya membutuhkan waktu 2 tahun, kini dapat ditangani hanya dalam 6 bulan melalui regimen Timal M.
“Setelah dua minggu minum obat, jumlah bakteri Mycobacterium tuberculosis sudah berkurang. Dalam dua bulan, risiko penularan turun hingga 95 persen. Tapi pasien tetap harus menerapkan PHBS dan memakai masker,” imbuhnya.
Kabupaten Probolinggo sendiri memiliki 33 puskesmas dan 6 rumah sakit, baik negeri maupun swasta, yang menjadi pelaksana program TBC. ATLM berperan penting dalam pemeriksaan sampel dahak yang dilakukan di lima laboratorium PCM, yakni di RSUD Waluyo Jati, RSUD Tongas, serta Puskesmas Maron, Sumberasih, dan Paiton. Selain itu, fasilitas kesehatan lain seperti klinik swasta, rumah tahanan, serta tenaga kesehatan praktik mandiri juga aktif berkontribusi.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin membentuk tim yang solid, telaten, dan terampil dalam menangani TBC. Sinergi antar pengelola program, ATLM, dan kader kesehatan adalah kunci dalam mencapai eliminasi TBC 2030,” tutup Yeni. (*)
Pewarta | : Abdul Jalil |
Editor | : Muhammad Iqbal |